Minggu, 17 Maret 2013

Ketika rasa itu tergantikan....(beli kecap dimana?)

Quote of the day:"Saya pengin kecap yang kental dan manis, bukan sauce de soja yang encer dan agak asem"

Well, lagi-lagi saya bilang bahwa saya adalah seorang nasionalis. Saya cinta produk dalam negeri dan cinta makanan Indonesia. Saya ingin memperkenalkan kuliner Indonesia diseluruh dunia. Mudah-mudahan suatu saat nanti restoran Indonesia akan lebih banyak dari restoran Cina. Hehe (bukan sebuah pembelaan karena lagi kangen masakan Indonesia yang beneran loh yaaa). 

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Begitu pula dalam hal makanan. Saya di Prancis, lidah harus disesuaikan ke makanan Prancis. Beruntung saya memiliki selera makan yang besar dimanapun saya berada. Kata orang-orang, kategori makanan menurut saya adalah "enak" dan "enak banget". So, gak ada masalah bagi saya makan kuliner sini. Enak-enak ajaa. Tapi kan gak mungkin saya, semisal makan di restoran, minimal RestoU tiap hari, beli makanan jadi di Carrefour tiap saat, beli kue-kuean di boulangerie. Intinya gak bisa jajan tiap hari (mesti hemat biar bisa beli baju pas soldes atau jalan-jalan). Selain itu juga, mesti agak berhati-hati terkait dengan daging haram dan bahan-bahan makanan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sooooo....jadilah saya masak tiap hari saudara-saudara!!!!!!!!! 

Suatu keajaiban akhirnya saya beneran masak juga. Haha. Padalah dulu jaman ngekos di Depok, definisi masak itu: goreng telor, goreng nugget, ngrebus mi. Nah berhubung saya gak bisa (belum bisa) masak makanan sini (yang bahan-bahannya gampang ditemukan di supermarket), andalan saya ya resep Indonesia. Selain itu, ya karena saya seorang nasionalis tadi (lagi-lagi diulang). Hehe.

Terima kasih saya ucapkan kepada produsen bumbu-bumbu instan (dari yang paling sederhana kaya sayur tumis, sayur sop hingga yang memerlukan rumus dan perhitungan akurat macam rendang, rawon, dll). Juga kepada produsen kecap dan saus sambal yang makin canggih saja membuat kemasan yang bisa dibawa kemana-mana. Kemudian diamini oleh semua mahasiswa Indonesia di seluruh dunia. Hehe. Memang seperti penyelamat. Terlintas sejenak, "jangan-jangan si penemu cara meracik bumbu instan dulunya adalah mahasiswa rantau juga nih". 

Masak pakai bumbu instan itu cuma bertahan sebulan, dua bulan sajaaaa. Saya mahasiswa dengan beasiswa pas-pas an, gak mampu bayar overbagage karena bawa seratus sachet bumbu sop misalnya. So, sebulan dua bulan itu berasa kaya di rumah. Selebihnya, raciklah bumbumu sendiri. Untungnya ada Toko Asia. Terima kasih Toko Asia :). Bumbu-bumbu dan rempah-rempah lumayan mudah ditemukan. Namun ada beberapa rempah yang memang sulit ditemukan macam kemiri. Yang gampang ditemukan pun terkadang gak sama "bentuknya" kaya di kita. Semisal, kunyit adanya dalam bentuk bubuk. Atau bawang putih siung harganya mahal, pakailah yang bubuk. Rasanya lumayan, agak-agak beda tipis tapi.


Nah, masalah bumbu masak lumayan terpecahkan. Tapi, yang namanya orang Indonesia, demen banget sama kecap dan saus sambal botolan. Seperti harus ada dua barang ini kalau makan atau sebagai pelengkap bumbu di masakan. Saya suka banget masakan yang pakai kecap manis kental kaya semur, mi goreng, nasi goreng, dll.

Permasalahannya adalah, Toko Asia di Angers gak lengkap. Gak ada produk-produk dari Indonesia. So, gak ada kecap, gak ada saus sambal, gak ada INDOMIE!!!!!! Beda dengan kota-kota besar di Prancis yang Toko Asia nya lengkap (bahkan Indomie goreng rendang udah ada). Mulai putar otak, bagaimana mencari pengganti kecap dan saus sambal? Ternyata disini ada yang namanya sauce de soja atau soybean sauce. Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, memang kecap sih (sama-sama dari kedelai). Tapi sauce de soja itu rata-rata asin, ada yang manis juga beberapa (tapi gak semanis kecap). Bentuknya cairan encer banget, dan rasanya agak asem. Huhu, ini mah kagak bisa bikin semur atau ayam kecap. Tapi yasudah dicoba-coba, hasilnya masakan saya jadi berasa masakan Cina. Asli banget, karena penghuni foyer saya rata-rata orang Cina, dan tiap hari mereka masak pakai sauce de soja. Saya akali juga, kasih gula kek dikit biar jadi manis. Tapi tetep aja bedaaaa rasanyaa (meski enak juga sih, bangga :p). Pengin bikin sate yang bumbunya manis gitu pakai kecap, buat soiree sama temen-temen sekelas. 


Untuk saus sambal, setali tiga uang, Jadi ceritanya waktu itu saya ke toko Asia. Udah tahu sih ada semacam saus sambal botolan. Cuma belum pernah nyoba. Saya coba beli sebotol kecil. Udah seneng pas dilihat komposisinya agak mirip sama saus ABC lah ya. Eh ternyata rasanya aseeeeemmm. Gagal sudah membayangkan ngemil nugget sama saus sambal. Sekarang saus itu saya makan kalau beneran lagi laper banget, biar agak lupa kalau asem.

Kemudian mi instan. Ini sebenernya agak ada hikmahnya juga sih. Gak ada indomie, jarang makan mi karena mi instan sini yang produk-produk dari negara tetangga bukan termasuk kategori "enak banget" kalau menurut saya. Bumbunya kurang mantap, gak ada bonus kriuk-kriuk kaya Mi Sedaap, dan rata-rata mi kuah yang rasanya biasa aja. Mi ya juga kurang berasa. Tapi beneran loh, ini kangen banget sama Indomie dan mi-mi an Indonesia. Apalagi bikinan warung. Haha

Ya begitulah hidup di negeri orang. So far, saya menikmati apapun yang saya masak setiap hari dengan bahan-bahan seadanya dan adanya apa. Saya tutup edisi kali ini dengan dengan sebuah doa semoga ada rejeki buat pergi ke Nantes (kota tetangga yang lebih gede, sekaligus ibukota provinsi) buat beli kecap sama Indomie.

Minggu, 10 Maret 2013

Love is in the air, say welcome to spring!!!


Layaknya dua orang yang saling mencintai yang sempat berpisah lalu bertemu kembali, keceriaan itu datang lagi. Hihi. Mari kita sambut musim semi. 

Matahari bersinar cerah sepanjang hari, setelah ia bersembunyi di ujung bumi yang lain. Lalu pohon-pohon, mereka tak lagi gundul, lihat, sudah mulai tumbuh pucuk-pucuk bunga di ranting-rantingnya. Lalu, apa yang terjadi dengan 'hari-hari' disini? Agaknya matahari enggan untuk terlelap terlalu awal. Hehe. Tak seperti musim dingin ketika hari berlalu begitu cepat, sekarang senja dimulai hampir jam 7 (yang berarti jika ingin berpuasa, tak bisa lagi kita nikmati buka puasa jam 5 sore :p). 

Dan lihatlah apa yang terjadi dengan orang-orang. Sudah mulai ada perubahan rupanya. Dimulai dengan gaya berbusana. Jaket-jaket tebal, berat, yang seperti buntelan mulaiditanggalkan, begitu pula dengan sweater wol tebal, syal, dan boot tinggi dan berbulu. Bahkan waktu itu sempat saya menjumpai sekelompok pria cuma memakai celana pendek dan kaos oblong! Mereka membawa papan skateboard yang entah kenapa di mata saya jadi terlihat seperti papan surfing (baca: nuansa pantai). Toko-toko di pusat kota sudah mulai memamerkan "Spring Collections" nya yang kalau di saya cuma bikin sakit mata dan sakit hati (hanya menatap, tak mampu beli). Ada perubahan warna dari yang semula monoton dan sendu seperti hitam, abu-abu, dan coklat tua, menjadi warna yang lebih terang dan ceria. Begitu pula dengan model-model pakaiannya menjadi lebih bervariasi dan bercorak. Satu pikiran terlintas "Sungguh butuh biaya hidup disini, ganti musim ganti baju". Haha

Kemudian mari kita berbicara mengenai suasana hati. This is the point! Aih, seems like love is in the air now! Apa coba, berkat cuaca yang adem (sekitaran 15 derajat) ditambah sinar matahari yang bikin hangat, terkadang ada pula angin yang tak terlalu kencang, semua orang pada suka jalan-jalan dan duduk-duduk di taman atau rerumputan. Apalagi ketika akhir pekan tiba, pusat kota dan taman kota jadi tempat rekreasi bersama. Tebak mereka pergi dengan siapa? Yang muda-mudi pergi dengan pacar atau sahabatnya. Selayaknya mereka dapat tempat kencan murah meriah dengan duduk-duduk di bangku taman, menikmati pemandangan. Atau jika ingin keluar modal, teras-teras kafe dengan payung-payungnya sudah mulai dibuka kembali, setelah vakum saat musim dingin. Sekarang saatnya juga bagi pasangan suami-istri untuk memanjakan putra-putrinya yang masih kecil. Taman bermain anak di taman kota samping kos an sekarang berasa kaya TK, penuh dan ramai. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi keluaga kecil mereka. Pasangan lanjut usia tak kalah juga, ingin menikmati hari yang indah tersebut. Mereka lebih slow, hanya dengan berjalan lambat berdua, bergandengan tangan, melihat sekeliling, sesekali saling menatap, selayaknya berkata "How life goes so fast. We are already old now, and we are still together. We will be together until the end". 

Namun tak perlu harus bersama untuk menikmati cinta di awal musim semi ini. Sekali lagi, love is in the air, dan itu berlaku bagi semua. Meski ada yang sendiri, berjalan sendiri, duduk sendiri, tetapi karena rasa cintanya terhadap sesama, mengapa tidak ikut berbahagia melihat suatu kerharmonisan yang terjalin? Tak ada yang rusuh, tak ada yang membuat onar. Atau yang sedang jauh dari orang-orang yang ia cintai (bukan curhat, hehe), rasa cintanya kepada mereka akan terwujud menjadi sebuah doa. Someday, I wanna enjoy this moment of happiness with you by my side. Aku ingin kalian juga ikut merasakan dan ikut melihat keindahan alam ini. And the most important is our love to Allah SWT. Cinta yang paling utama dan tak bisa tergantikan. Menikmati indahnya musim semi akan semakin mengingatkan kita akan kebesaran Allah, yang dengan kuasa Nya, menciptakan bumi sebegitu rupa sehingga memiliki bermacam-macam musim. Mengingatkan kita tentang betapa besar cinta Allah kepada kita, sehingga kita diberi kesempatan menikmati secuil dari besarnya ciptaan Nya. Dan sungguh, rasa cinta kita kepada Allah akan semakin besar dan besar, melebihi rasa cinta terhadap apapun. 

So, say welcome to spring!!!!

* Angers, suatu malam di awal musim semi, di sela-sela mengerjakan tugas ekonomi.

Sabtu, 16 Februari 2013

PPI, Keluarga kita di luar negeri. Sepenggal cerita tentang PPI Angers.

Terkadang, kita sebagai orang Indonesia, jika ingin bepergian atau tinggal di luar negeri, pasti kita akan mencari kira-kira ada tidak barang satu atau dua manusia Indonesia di kota yang akan kita kunjungi. Apalagi bagi mahasiswa yang akan melanjutkan studi di luar negeri (berhubungan dengan prinsip hidup ekonomis dan hemat ala mahasiswa:p). Entah kenapa, rasanya agak plong aja kalau tahu ternyata beneran ada orang Indonesia di kota tersebut. Padahal sih asli, kita sama sekali belum pernah mengenalnya! Setidaknya, bakal ada minimal satu orang yang akan mengerti kebiasaan "kita" (orang Indonesia). Satu orang yang bisa kita ajak bicara Bahasa Indonesia ketika otak kita sudah bener-bener stuck dengan bahasa antah berantah. Satu orang yang akan tahu selera makan kita. Satu orang yang akan tahu obat apa yang kita butuhkan ketika sakit, maksudnya "kerokan dan pijet" (terinspirasi dari kita di Angers yang sering kena serangan masuk angin berjamaah..:p).

Dari tahun ke tahun, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri semakin bertambah. Mereka tersebar di seluruh penjuru bumi (mungkin suatu saat nanti kita udah kaya bangsa Cina yang ada dimana-mana). Di Prancis, hampir di setiap kota yang memiliki universitas cukup besar, pasti ada sekelompok mahasiswa Indonesia. Mereka di masing-masing kota dan negara membentuk suatu perkumpulan mahasiswa yang diberi nama PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). PPI ini sebagai wadah bagi mahasiswa Indonesia di luar negeri untuk menjalin rasa persatuan dan kesatuan diantara mereka. PPI mempunyai visi dan misi memperkenalkan Indonesia di kancah dunia melalu berbagai program dan acara yang telah disusun. PPI juga turut berkontribusi terkait dengan permasalahan yang terjadi di dalam negeri. Jadi meski kita jauh dari tanah air, bukan berarti kita tidak peka dan acuh tak acuh terhadap perkembangan bangsa dan negara. Sumpah, ini mengingatkan saya ketika zama pergerakan nasional dulu. Para mahasiswa Indonesia yang dikirim ke luar negeri, membuat persatuan pelajar dan ikut beraksi dalam perjuangan merebut kemerdekaan.

Kita di Angers, Prancis, juga punya PPI. Namanya PPI Angers. PPI ini udah berasa keluarga banget buat kita-kita. Sekarang anggotanya sekitar 20an orang. Sebuah perkumpulan yang tak terlalu besar jika dibandingkan dengan rekan-rekan yang di kota besar seperti Paris. Namun, justru karena tak terlalu besar itulah kita jadi akrab, saling mengenal, sering tatap muka, sering makan bareng yang seringnya juga gratis... :p. PPI Angers ini orang-orangnya lintas generasi booo. Kategori "pelajar" yang diemban PPI Angersi ini terdiri dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu S3 (Doktorat), Mas-mas dan Mba-mba S2 (Master), anak-anak muda S1 (piiiissss!!! :p), dan adek-adek SMA dan SMP. Tuuu, ini bener-bener pelajar dari segala jenjang pendidikan. Kurang lengkap apa coba. Oleh karena dari segala macam kalangan usia, maka di PPI Angers kita serasa punya Mamah, Papa, Om, Tante, dam segala macam anggota keluarga lainnya.

Apa yang kita lakukan di PPI Angers? Oleh karena ini adalah sebuah organisasi formal, kita mempunyai struktur organisasi yang jelas dalam rangka menjalankan visi dan misi PPI pada umumnya. Kita mempunyai banyak sekali program dan acara khususnya untuk memperkenalkan Indonesia di Angers. Kita pernah membuat semacam Indonesian Night dengan mengundang teman-teman bule kita hadir untuk mencicipi masakan khas Indonesia dan merasakan nuansa Indonesia di pesta tersebut. Makanannya yang buat kita sendiri, mengingat PPI Angers memiliki beberapa koki hebat yang pandai memasak. Kemudian bekerjasama dengan Universite d'Angers, kita membuat Indonesia Day di cultural center di universitas. Disini acaranya lebih meriah lagi. Kita semua menyuguhkan tari-tarian, nyanyian, dan pakaian tradisional Indonesia. Benar-benar acara yang dibuat untuk mengenal Indonesia lebih dalam. Ada Dubes RI untuk Prancis dan beberapa pejabat universitas dan pemerintah lokal juga loh di acara ini. Hasilnya, kita masuk koran regional keesokan harinya!!!

Demi menjalin tali silaturahmi dan rasa kekeluargaan diantara kita, kita disini sering nongkrong bareng, makan bareng, shopping bareng.....haha. Kayanya tiap minggu pasti kita akan ngumpul entah dimana, bikin syukuran, pesta kecil-kecilan diantara kitaaa....(lumayan lah yaa...setidaknya ada perbaikan gizi tiap minggu). Eh kita juga ada pengajian bareng juga loh bagi yang muslim demi menjaga iman. Secara lah yah, kondisi disini gak kaya di Indonesia yang mau ibadah dan lain-lain gampang. Hehe.

Intinya PPI adalah keluarga baru buat kita di luar negeri. Kita saling membantu, saling berbagi rezeki (terutama jika beasiswa tak kunjung datang, hehe). So, jangan khawatir bagi kalian-kalian yang akan tinggal di luar negeri. Dimanapun itu, kita akan menemukan keluarga baru, sebagai pengganti keluarga kita di tanah air.

*Angers, suatu malam di musim yang matahari enggan menyapa.

Curhatan Malam Minggu


Biasa, ceritanya lagi homesick alias kangen rumah, lebih tepatnya kangen Indonesia! Emang gue akui gue adalah seorang yang nasionalis, cinta Indonesia, bangga jadi orang Indonesia. Ini beneran loh, bukan cuma ngeles karena homesick tadi. Hehe.


Gue akui, disini kualitas hidup emang lebih bagus. Makan terjamin dan bergizi. Segalanya teratur, rapi, dan enaaaak (ini yang bikin gue berencana untuk merasakan beberapa tahun lagi hidup disini, karena setahun sepertinya kurang :p). Angers, je t'aime deh! Tapi Indonesia tetap di hati!


Jadi ceritanya gue lagi bosen, butuh hiburan. Gue lagi pengin banget baca buku atau nonton film Indonesia. Huhu. Entah kenapa pas gue lagi disini, kok banyak buku-buku dan film-film baru yang bagus dan berkualitas. Mauuuu!!!! Ya tapi gue mau nyari dimana coba. Pengin banget baca novel "Pulang" karya Leila S. Chudori. Ngubek-ngubek di google nayri pdf. Nya gak nemu-nemu. Ya iyalah buku baru. Sampai suatu hari gue berpikir "Ada gak sih toko buku di Prancis yang jual buku-buku dari Indonesia?'". Oke, kemudian gue pengin nonton film kaya Perahu Kertas, 5 cm, atau Habibi Ainun deh yang lagi pada ngetop (kayanya sekarang udah gak booming lagi :p). Lagi-lagi gue ngubek-ngubek internet buat cari full movie nya dan gak ketemu. Huhuhuhuhu.


Sampai akhirnya kemarin gue mendapatkan full movie Habibi Ainun sama Perahu Kertas 1 dan 2 (berikutnya gue mau 5 cm sama Rectoverso). Gue tonton lah di malam minggu ini, sendirian di kamar, sedangkan di luar lagi dingin menusuk tulang. Lumayan film-film itu mampu bikin gue terbang ke Indonesia (khusunya Perahu Kertas).

Bener-bener gue merasa gue lagi di Indonesia aja. Matahari, pantai, makanan khas kita, orang-orang kita, dan Bahasa Indonesia! Tapi setelah selesai, gue kembali tersadar, gue lagi di negerinya Napoleon Bonaparte, bukan Soekarno, pas musim dingin, bukan musim ujan yang hawanya sering bikin gerah, dan esoknya kembali sarapan dengan baguette, bukan nasi uduk sama sambel kacang.


Emang bener kata-kata di lagu nasional "Tanah Air".


"...walaupun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu

..walaupun banyak negeri kujalani

yang masyur permai dikata orang

tetapi kampung dan rumahku

disanalah ku merasa senang"


* Menjelajah, menelusuri negeri orang, ke tempat-tempat yang sering disebut orang, justru akan membuat kita semakin mencintai negeri kita sendiri*.


Jadi intinya teteeeep aja balik lagi gue kangen Indonesia. Haha. Tenang, insya Allah beberapa bulan lagi (insya Allah semuanya lancaaaaar) gue akan melihat pantai tropis sambil makan ikan bakar dan minum es degan. Oh iya satu lagi, gue kangen keluar rumah cuma pakai kaos, jeans, sama sandal jepit kemudian beli siomay di pinggir j

Sabtu, 19 Januari 2013

Kau seperti salju

Salju datang dan pergi

Cepat sekali, ia hanya singgah disini

Tapi ia berikan arti

Bagiku yang baru pertama kali

Salju, ia seperti kau

Kau yang datang, lalu pergi....


* Angers, pagi di bulan Januari

Selasa, 15 Januari 2013

Potret hidup di foyer..... :D

"Jiah, kenapa ini internet tiba-tiba lelet. Yaaah...ruang wifi colokannya dipakai semua. Pengin makan tapi kulkas sama dapur ada di bawah, dan males turun naik lagi..." Welcome to foyer!!!! :p

Sebenernya, udah dari lama pengin cerita tentang pasang surut hidup di foyer. Tapi.... ini si akuntansi umum telah menyita hari-hariku bahkan sejal awal semester. Haha. Yuuk ah disimak curhatan malam saya di musim dingin yang tak kunjung bersalju.

Jadi di Angers, saya tinggal di sebuah foyer. Apa itu foyer? Foyer itu semacam kos-kos an biasa. Tapi bentuknya agak mirip rumah gede dengan banyak kamar. Biasanya bangunannya agak tua, kaya foyer saya. Foyer itu biasanya milik swasta, bukan milik universitas (kayanya sih). Jadi gak kaya residence universitaire yang isinya mahasiswa semua. Kalau di foyer, semua orang berasal dari berbagai latar belakang. Ada mahasiswa, ada yang udah kerja, ada juga yang masih nganggur. Hehe. Bener-bener kos-kos an banget deh.  Hal yang agak membedakan juga, di foyer ini banyak banget kegiatan yang sengaja diadain sama pihak foyer (biasanya melalui animatrice) buat sosialisasi dan mempererat pertemanan sesama penghuninya. 

Foyer saya namanya Foyer des jeunes travailleuses du Bon Conseil. Dari namanya udah ketauan dong ini foyer khusus cewek!! Hahaha berasa kos-kos an di Depok. Bahkan ada peraturannya dong, cowok dilarang masuk ke kamar, cuma boleh di ruang tamu, dan ruang publik lainnya. Haha. Terjamin deh yaaah keamanan. Berbicara masalah fasilitas, foyer saya ini agak kurang mungkin yah. Jadi di dalam kamar beneran cuma ada kasur, meja, dan perabotan lain plus wastafel doang. Gak ada kamar mandi. Kamar mandi diluar alias bareng-bareng. Satu lantai ada beberapa kamar mandi. Asli ini beneran kaya kos an saya di Depok. Haha. Ada dapur dan ruang makan gede di bawah buat bareng-bareng. Kulkas-kulkas kita juga dijejerin di dapur, gak di dalam kamar. Gokil deh kalo masuk dapur, isinya kulkas dijejer-jejerin. Kalo kata temen saya, busyet ini berasa kaya markas tentara lagi perang. Haha. Di dapur juga ada microwave, oven, kompor, dll yang bisa digunakan. Satu hal lagi yang mungkin bikin gak betah bagi sebagian orang kalau tinggal di foyer saya, yaitu gak ada internet di kamar! Jadi kalau biasanya residence universitaire itu ada internet gratis di kamar, tinggal colokin kabel internet doang ke laptop, saya di foyer mesti ke ruang wi-fi bersama yang ada di bawah. Capek juga sih naik turun. Tapi hikmahnya, saya jadi gak autis internetan mulu. Haha. 

Oleh karena sebagian besar fasilitas itu emang buat bareng-bareng, jadi ada hal-hal yang kadang bikin gak enak dong yah. Ya iya, karena kita gak bisa bebas pakai semau kita, ada orang lain. Hehe. Contohnya pulang kuliah laper banget pengin masak, mesti turun ke dapur. Sampai dapur, kompor dipakai semua. Apalagi kalau ada yang lagi bikin pesta, beuh masak gak selesai-selesai boooo....Haha. Kalau mau masak dengan leluasa (gak nungguin dan gak ditungguin), mesti milih, masak di awal, atau di akhir. Jadinya kadang saya seringnya masak yang banyak sekalian biar besok-besok tinggal ngangetin doang. Kemudian kamar mandi. Gak usah lah ya dijelasin disini...:p. Apalagi, oh iya ruang wi-fi, mesti cepet-cepet ambil meja yang ada colokannya..hehe...Gokilnya kalau di ruang wi-fi ini, kalau para penghuni lg pada skype. Berhubung penghuni foyer saya dari berbagai bangsa dan negara, jadilah ruang wi-fi itu kadang riuh sama Bahasa Cina, Prancis, Spanyol, Arab, dan......Bahasa Ngapak !!!(kalau saya lagi skype sama orang rumah) :p. Kadang pusing juga yee dengerinnya, sana teriak apa, sini teriak apa. 

Nah dibalik segala kekurangan dan kadang ketidaknyamanan, hidup di foyer sebenarnya bisa jadi sarana buat sosialisasi dan mengenal orang-orang lain bangsa lain. Hal inilah yang sebenarnya bikin saya betah dan males pindah (temen-temen Indo disini getol banget sih nyuruh saya pindah). Haha. Selain karena foyer saya khusus cewek dan terletak di pusat kota tentunya.  Seperti yang saya bilang diatas, disini banyak kegiatan yang sengaja diadain biar kenal sama penghuni lain. Kadang kita bikin pesta kecil atau yang lainnya. Namun tanpa ikut kegiatan yang diadain itupun kita bisa kenalan sama orang kok.  Kalau lagi di dapur misalnya, kadang kita masak sambil ngobrol. Saling tanya masakan masing-masing. Kemudian ngobrolin yang lain. Saling minjem garam, merica, minyak, sendok, piring, ....:p. Kemudian makan bareng, saling nyicipin, ngobrol lagi sampai malem. Kalau topiknya lagi asik seru banget tuh, Kadang sampe hampir lupa mesti ngerjain tugas dan nyiapin yang lain. haha. Banyak ngobrol di foyer jadi sarana ngelatih Bahasa Prancis biar aksen lancar kaya orang sini. Jadi tahu juga kebiasaan dan kultur masing-masing orang dari negara yang berbeda-beda. Seruuuuu. Kadang kalo lama gak muncul di dapur dan ruang makan, sering ditanyain "Kamu kemana aja? Dari kemarin-kemarin jarang keliatan". Hihi.Jadi ngerti sekarang saya kenapa ini foyer kasih peraturan kalau mau makan mesti ke dapur, dilarang makan di dalam kamar. Maksudnya biar sosialisasi demi menciptakan suasana yang harmonis antar penghuni. Kadang sering saya langgar juga sih peraturan mesti makan di ruang makan itu kalau kepepet dan emang lagi males banget turun ke bawah :p. Lama-lama, setelah 4 bulan tinggal disini, udah berasa "rumah" aja ini foyer. Hehe.


Empat bulan tinggal disini, udah berasa kaya rumah aja. Haha. Emang konsepnya foyer kan "rumah", bukan sekedar apartemen datau residence biasa. Bentuknya sengaja dibikin rumah dengan ruang TV, ruang makan, ruang belajar, ruang tamu, dll.  Tiap hari juga kita gak stuck melulu di kamar, tapi mesti jalan-jalan ke ruangan-ruangan itu. Kaya di rumah aja lah :)

Yaaah begitulah kira-kira potret hidup di foyer yang sementara bisa saya bagi. Serunya hidup berjamaah deh yaaa. hehe. Kalau ada yang menarik lagi nanti saya ceritakan lagi di lain kesempatan. Ciao!! 


Rabu, 09 Januari 2013

Where is the sun? :p (stories behind winter)

Kegaulauan musim dingin tibaaa...Eaaaaa. I need sunshine I need sunshine. Haha. Ini ceritanya lagi agak jenuh dengan musim yang dia nya juga sering galau. Kadang ujan, kadang terang, langit suram tapi gak ujan-ujan, katanya musim dingin tapi salju gak turun-turun malah kadang berasa gerah dan keringetan. Yok ah mari kita simak pernak-pernik si musim dingin ini. Tapi sepertinya dan gue rasa tulisan ini bakal agak gak tersusun dengan rapi dan agak random mungkin jatuhnya. Haha. Sudahlah, namanya aja lagi galau musim dingin.. Jadi mungkin sejak Desember kali ini udah masuk musim dingin. Jam kita udah masuk jam musim dingin dengan aturan siang lebih cepet dan malam lebih panjang. Huhu. Bayangkan, jam 9 an berasa kaya jam setengah 6 kalii....dan doi cepet banget ilangnya. Agak lumayan rempong dah ini jadwal sholat. Hehe..tapi lama-lama terbiasa juga jadinya sholat Maghrib jam setengah 5 dan sholat Isya jam 6an. Kalau sholat Subuh biasanya jam 7an atau setengah 8. Ini rempongnya kalo ada kuliah pagi jam 8. Jadi gue makan dulu, beres-beres, dandan, segala macem baru gue sholat Subuh. Abis sholat bener-bener gue langsung berangkat ke kampus. 

Berangkat ke kampus kalo kuliah jam 8 pagi itu berasa Indonesia kalo jam 5 pagi. Jalanan masih gelap, dingiin, beuh apalagi kalo ujan plus angin...lengkap sudah. Haha..sometimes, life is hard. Tapi salut booo orang sini meski masih gelap dan ujan, mereka udah pada beraktivitas ajaa. Sampai kampus jadilah kuliah itu berasa kuliah Subuh dengan mata yang masih merem melek. Bahkan dari dalam kelas gue bisa lihat itu matahari terbit . Tipikal dosen sini kalau ngajar gak pake pemanasan tiba-tiba langsung masuk aja ke pelajaran. Busyet dah. Haha..mari mengawali hari. Siklus matahari musim dingin ini agak membuat gue berpikir masalah puasa dan sholat Tahajud. Ceritanya kan adzan Subuh itu jam setengah 8, berarti Sahur jam 7 dong yaa..terus jam 5 sore udah bisa buka puasa. Wuih sahurnya berasa sarapan. Hehe. Naah tahajud berarti jam 6 pagi bisaaa... Lanjut. Sekarang gue lagi agak jenuh ini sama langit yang suram sepanjang hari. Bawaannya mendung mulu..dan tiba-tiba udah gelap lagi. Emang dasar gue jiwa tropis, maunya liat matahari mulu...Kata orang, "kalau musim dingin bawaannya jadi sering emosian". Tapi emang ada benarnya juga sih, bawaannya gue jadi sewot ini. Apalagi galau-galaunya musim dingin bareng sama galau-galaunya musim ujian. Oke, klop deh yaa.. Gue sekarang mulai memahami mengapa orang-orang sini agak jutek, agak dingin, agak kurang senyum. Hehe.
 
Satu pertanyaan nih, "ini kapan datang saljunya?" Kata temen-temen gue warga lokal Angers, katanya sih kalo disini salju itu sering galau datangnya, kadang mampir kadang engga. Artinya bisa aja gak ada salju tahun ini. Kalau gak ada, mungkin sampai April bakal kaya gini mulu. Oh nooo...sepertinya mending suasana jadi putih-putih salju daripada suram-suram gini. Katanya untuk bisa turun salju, dibutuhkan suhu yang bener-bener dingin. Haha...dan sekarang bahkan gue kadang ngerasa kegerahan. Masalah salju ini, gue sering diketawain sama temen-temen Cina gue gara-gara seumur hidup gak pernah liat salju. Apalagi kalau mereka pada inget gue pernah heboh mengira butiran-butiran es yang menutupi rumput di taman-taman itu salju. Haha. Kata mereka itu cuma air yang membeku gara-gara suhu yang minus kalau malam, sedangkan salju itu yang turun dari langit. Temen-temen di kos an juga heran kalau gue gak pernah mengalami musim dingin. Kalau udah kaya gini, gue akan dengan sangat bangga mengatakan "Di negara saya ada matahari sepanjang tahun dan suhu minimal itu rata-rata 20 derajat". Nah looo...ngiri kan kalian semua. Masalah hujan, hujannya sini dingiiiiin. Biasanya gue kalau di Indonesia, kalau jalan pas ujan itu enaknya pake sandal. Disini, boro-boro...udah rapet banget justru. Hujannya sini agak brutal kalau disertai angin kencang. Maksud hati pakai payung biar gak keujanan tapi jadi rempong sendiri gara-gara itu payung terbang-terbang mulu. Lebih enakan sih pakai jaket tahan air yang ada tutup kepalanya. Atau gak kalau mau pakai payung, pakai yang bentuknya bener-bener cekung. Jadi kalau jalan orang sampai gak bisa liat muka kita. Haha. Intinya pas hujan itu adalah saat-saat yang enggak banget deh.