Minggu, 17 Maret 2013

Ketika rasa itu tergantikan....(beli kecap dimana?)

Quote of the day:"Saya pengin kecap yang kental dan manis, bukan sauce de soja yang encer dan agak asem"

Well, lagi-lagi saya bilang bahwa saya adalah seorang nasionalis. Saya cinta produk dalam negeri dan cinta makanan Indonesia. Saya ingin memperkenalkan kuliner Indonesia diseluruh dunia. Mudah-mudahan suatu saat nanti restoran Indonesia akan lebih banyak dari restoran Cina. Hehe (bukan sebuah pembelaan karena lagi kangen masakan Indonesia yang beneran loh yaaa). 

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Begitu pula dalam hal makanan. Saya di Prancis, lidah harus disesuaikan ke makanan Prancis. Beruntung saya memiliki selera makan yang besar dimanapun saya berada. Kata orang-orang, kategori makanan menurut saya adalah "enak" dan "enak banget". So, gak ada masalah bagi saya makan kuliner sini. Enak-enak ajaa. Tapi kan gak mungkin saya, semisal makan di restoran, minimal RestoU tiap hari, beli makanan jadi di Carrefour tiap saat, beli kue-kuean di boulangerie. Intinya gak bisa jajan tiap hari (mesti hemat biar bisa beli baju pas soldes atau jalan-jalan). Selain itu juga, mesti agak berhati-hati terkait dengan daging haram dan bahan-bahan makanan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sooooo....jadilah saya masak tiap hari saudara-saudara!!!!!!!!! 

Suatu keajaiban akhirnya saya beneran masak juga. Haha. Padalah dulu jaman ngekos di Depok, definisi masak itu: goreng telor, goreng nugget, ngrebus mi. Nah berhubung saya gak bisa (belum bisa) masak makanan sini (yang bahan-bahannya gampang ditemukan di supermarket), andalan saya ya resep Indonesia. Selain itu, ya karena saya seorang nasionalis tadi (lagi-lagi diulang). Hehe.

Terima kasih saya ucapkan kepada produsen bumbu-bumbu instan (dari yang paling sederhana kaya sayur tumis, sayur sop hingga yang memerlukan rumus dan perhitungan akurat macam rendang, rawon, dll). Juga kepada produsen kecap dan saus sambal yang makin canggih saja membuat kemasan yang bisa dibawa kemana-mana. Kemudian diamini oleh semua mahasiswa Indonesia di seluruh dunia. Hehe. Memang seperti penyelamat. Terlintas sejenak, "jangan-jangan si penemu cara meracik bumbu instan dulunya adalah mahasiswa rantau juga nih". 

Masak pakai bumbu instan itu cuma bertahan sebulan, dua bulan sajaaaa. Saya mahasiswa dengan beasiswa pas-pas an, gak mampu bayar overbagage karena bawa seratus sachet bumbu sop misalnya. So, sebulan dua bulan itu berasa kaya di rumah. Selebihnya, raciklah bumbumu sendiri. Untungnya ada Toko Asia. Terima kasih Toko Asia :). Bumbu-bumbu dan rempah-rempah lumayan mudah ditemukan. Namun ada beberapa rempah yang memang sulit ditemukan macam kemiri. Yang gampang ditemukan pun terkadang gak sama "bentuknya" kaya di kita. Semisal, kunyit adanya dalam bentuk bubuk. Atau bawang putih siung harganya mahal, pakailah yang bubuk. Rasanya lumayan, agak-agak beda tipis tapi.


Nah, masalah bumbu masak lumayan terpecahkan. Tapi, yang namanya orang Indonesia, demen banget sama kecap dan saus sambal botolan. Seperti harus ada dua barang ini kalau makan atau sebagai pelengkap bumbu di masakan. Saya suka banget masakan yang pakai kecap manis kental kaya semur, mi goreng, nasi goreng, dll.

Permasalahannya adalah, Toko Asia di Angers gak lengkap. Gak ada produk-produk dari Indonesia. So, gak ada kecap, gak ada saus sambal, gak ada INDOMIE!!!!!! Beda dengan kota-kota besar di Prancis yang Toko Asia nya lengkap (bahkan Indomie goreng rendang udah ada). Mulai putar otak, bagaimana mencari pengganti kecap dan saus sambal? Ternyata disini ada yang namanya sauce de soja atau soybean sauce. Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, memang kecap sih (sama-sama dari kedelai). Tapi sauce de soja itu rata-rata asin, ada yang manis juga beberapa (tapi gak semanis kecap). Bentuknya cairan encer banget, dan rasanya agak asem. Huhu, ini mah kagak bisa bikin semur atau ayam kecap. Tapi yasudah dicoba-coba, hasilnya masakan saya jadi berasa masakan Cina. Asli banget, karena penghuni foyer saya rata-rata orang Cina, dan tiap hari mereka masak pakai sauce de soja. Saya akali juga, kasih gula kek dikit biar jadi manis. Tapi tetep aja bedaaaa rasanyaa (meski enak juga sih, bangga :p). Pengin bikin sate yang bumbunya manis gitu pakai kecap, buat soiree sama temen-temen sekelas. 


Untuk saus sambal, setali tiga uang, Jadi ceritanya waktu itu saya ke toko Asia. Udah tahu sih ada semacam saus sambal botolan. Cuma belum pernah nyoba. Saya coba beli sebotol kecil. Udah seneng pas dilihat komposisinya agak mirip sama saus ABC lah ya. Eh ternyata rasanya aseeeeemmm. Gagal sudah membayangkan ngemil nugget sama saus sambal. Sekarang saus itu saya makan kalau beneran lagi laper banget, biar agak lupa kalau asem.

Kemudian mi instan. Ini sebenernya agak ada hikmahnya juga sih. Gak ada indomie, jarang makan mi karena mi instan sini yang produk-produk dari negara tetangga bukan termasuk kategori "enak banget" kalau menurut saya. Bumbunya kurang mantap, gak ada bonus kriuk-kriuk kaya Mi Sedaap, dan rata-rata mi kuah yang rasanya biasa aja. Mi ya juga kurang berasa. Tapi beneran loh, ini kangen banget sama Indomie dan mi-mi an Indonesia. Apalagi bikinan warung. Haha

Ya begitulah hidup di negeri orang. So far, saya menikmati apapun yang saya masak setiap hari dengan bahan-bahan seadanya dan adanya apa. Saya tutup edisi kali ini dengan dengan sebuah doa semoga ada rejeki buat pergi ke Nantes (kota tetangga yang lebih gede, sekaligus ibukota provinsi) buat beli kecap sama Indomie.

Minggu, 10 Maret 2013

Love is in the air, say welcome to spring!!!


Layaknya dua orang yang saling mencintai yang sempat berpisah lalu bertemu kembali, keceriaan itu datang lagi. Hihi. Mari kita sambut musim semi. 

Matahari bersinar cerah sepanjang hari, setelah ia bersembunyi di ujung bumi yang lain. Lalu pohon-pohon, mereka tak lagi gundul, lihat, sudah mulai tumbuh pucuk-pucuk bunga di ranting-rantingnya. Lalu, apa yang terjadi dengan 'hari-hari' disini? Agaknya matahari enggan untuk terlelap terlalu awal. Hehe. Tak seperti musim dingin ketika hari berlalu begitu cepat, sekarang senja dimulai hampir jam 7 (yang berarti jika ingin berpuasa, tak bisa lagi kita nikmati buka puasa jam 5 sore :p). 

Dan lihatlah apa yang terjadi dengan orang-orang. Sudah mulai ada perubahan rupanya. Dimulai dengan gaya berbusana. Jaket-jaket tebal, berat, yang seperti buntelan mulaiditanggalkan, begitu pula dengan sweater wol tebal, syal, dan boot tinggi dan berbulu. Bahkan waktu itu sempat saya menjumpai sekelompok pria cuma memakai celana pendek dan kaos oblong! Mereka membawa papan skateboard yang entah kenapa di mata saya jadi terlihat seperti papan surfing (baca: nuansa pantai). Toko-toko di pusat kota sudah mulai memamerkan "Spring Collections" nya yang kalau di saya cuma bikin sakit mata dan sakit hati (hanya menatap, tak mampu beli). Ada perubahan warna dari yang semula monoton dan sendu seperti hitam, abu-abu, dan coklat tua, menjadi warna yang lebih terang dan ceria. Begitu pula dengan model-model pakaiannya menjadi lebih bervariasi dan bercorak. Satu pikiran terlintas "Sungguh butuh biaya hidup disini, ganti musim ganti baju". Haha

Kemudian mari kita berbicara mengenai suasana hati. This is the point! Aih, seems like love is in the air now! Apa coba, berkat cuaca yang adem (sekitaran 15 derajat) ditambah sinar matahari yang bikin hangat, terkadang ada pula angin yang tak terlalu kencang, semua orang pada suka jalan-jalan dan duduk-duduk di taman atau rerumputan. Apalagi ketika akhir pekan tiba, pusat kota dan taman kota jadi tempat rekreasi bersama. Tebak mereka pergi dengan siapa? Yang muda-mudi pergi dengan pacar atau sahabatnya. Selayaknya mereka dapat tempat kencan murah meriah dengan duduk-duduk di bangku taman, menikmati pemandangan. Atau jika ingin keluar modal, teras-teras kafe dengan payung-payungnya sudah mulai dibuka kembali, setelah vakum saat musim dingin. Sekarang saatnya juga bagi pasangan suami-istri untuk memanjakan putra-putrinya yang masih kecil. Taman bermain anak di taman kota samping kos an sekarang berasa kaya TK, penuh dan ramai. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi keluaga kecil mereka. Pasangan lanjut usia tak kalah juga, ingin menikmati hari yang indah tersebut. Mereka lebih slow, hanya dengan berjalan lambat berdua, bergandengan tangan, melihat sekeliling, sesekali saling menatap, selayaknya berkata "How life goes so fast. We are already old now, and we are still together. We will be together until the end". 

Namun tak perlu harus bersama untuk menikmati cinta di awal musim semi ini. Sekali lagi, love is in the air, dan itu berlaku bagi semua. Meski ada yang sendiri, berjalan sendiri, duduk sendiri, tetapi karena rasa cintanya terhadap sesama, mengapa tidak ikut berbahagia melihat suatu kerharmonisan yang terjalin? Tak ada yang rusuh, tak ada yang membuat onar. Atau yang sedang jauh dari orang-orang yang ia cintai (bukan curhat, hehe), rasa cintanya kepada mereka akan terwujud menjadi sebuah doa. Someday, I wanna enjoy this moment of happiness with you by my side. Aku ingin kalian juga ikut merasakan dan ikut melihat keindahan alam ini. And the most important is our love to Allah SWT. Cinta yang paling utama dan tak bisa tergantikan. Menikmati indahnya musim semi akan semakin mengingatkan kita akan kebesaran Allah, yang dengan kuasa Nya, menciptakan bumi sebegitu rupa sehingga memiliki bermacam-macam musim. Mengingatkan kita tentang betapa besar cinta Allah kepada kita, sehingga kita diberi kesempatan menikmati secuil dari besarnya ciptaan Nya. Dan sungguh, rasa cinta kita kepada Allah akan semakin besar dan besar, melebihi rasa cinta terhadap apapun. 

So, say welcome to spring!!!!

* Angers, suatu malam di awal musim semi, di sela-sela mengerjakan tugas ekonomi.