Minggu, 17 Maret 2013

Ketika rasa itu tergantikan....(beli kecap dimana?)

Quote of the day:"Saya pengin kecap yang kental dan manis, bukan sauce de soja yang encer dan agak asem"

Well, lagi-lagi saya bilang bahwa saya adalah seorang nasionalis. Saya cinta produk dalam negeri dan cinta makanan Indonesia. Saya ingin memperkenalkan kuliner Indonesia diseluruh dunia. Mudah-mudahan suatu saat nanti restoran Indonesia akan lebih banyak dari restoran Cina. Hehe (bukan sebuah pembelaan karena lagi kangen masakan Indonesia yang beneran loh yaaa). 

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Begitu pula dalam hal makanan. Saya di Prancis, lidah harus disesuaikan ke makanan Prancis. Beruntung saya memiliki selera makan yang besar dimanapun saya berada. Kata orang-orang, kategori makanan menurut saya adalah "enak" dan "enak banget". So, gak ada masalah bagi saya makan kuliner sini. Enak-enak ajaa. Tapi kan gak mungkin saya, semisal makan di restoran, minimal RestoU tiap hari, beli makanan jadi di Carrefour tiap saat, beli kue-kuean di boulangerie. Intinya gak bisa jajan tiap hari (mesti hemat biar bisa beli baju pas soldes atau jalan-jalan). Selain itu juga, mesti agak berhati-hati terkait dengan daging haram dan bahan-bahan makanan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sooooo....jadilah saya masak tiap hari saudara-saudara!!!!!!!!! 

Suatu keajaiban akhirnya saya beneran masak juga. Haha. Padalah dulu jaman ngekos di Depok, definisi masak itu: goreng telor, goreng nugget, ngrebus mi. Nah berhubung saya gak bisa (belum bisa) masak makanan sini (yang bahan-bahannya gampang ditemukan di supermarket), andalan saya ya resep Indonesia. Selain itu, ya karena saya seorang nasionalis tadi (lagi-lagi diulang). Hehe.

Terima kasih saya ucapkan kepada produsen bumbu-bumbu instan (dari yang paling sederhana kaya sayur tumis, sayur sop hingga yang memerlukan rumus dan perhitungan akurat macam rendang, rawon, dll). Juga kepada produsen kecap dan saus sambal yang makin canggih saja membuat kemasan yang bisa dibawa kemana-mana. Kemudian diamini oleh semua mahasiswa Indonesia di seluruh dunia. Hehe. Memang seperti penyelamat. Terlintas sejenak, "jangan-jangan si penemu cara meracik bumbu instan dulunya adalah mahasiswa rantau juga nih". 

Masak pakai bumbu instan itu cuma bertahan sebulan, dua bulan sajaaaa. Saya mahasiswa dengan beasiswa pas-pas an, gak mampu bayar overbagage karena bawa seratus sachet bumbu sop misalnya. So, sebulan dua bulan itu berasa kaya di rumah. Selebihnya, raciklah bumbumu sendiri. Untungnya ada Toko Asia. Terima kasih Toko Asia :). Bumbu-bumbu dan rempah-rempah lumayan mudah ditemukan. Namun ada beberapa rempah yang memang sulit ditemukan macam kemiri. Yang gampang ditemukan pun terkadang gak sama "bentuknya" kaya di kita. Semisal, kunyit adanya dalam bentuk bubuk. Atau bawang putih siung harganya mahal, pakailah yang bubuk. Rasanya lumayan, agak-agak beda tipis tapi.


Nah, masalah bumbu masak lumayan terpecahkan. Tapi, yang namanya orang Indonesia, demen banget sama kecap dan saus sambal botolan. Seperti harus ada dua barang ini kalau makan atau sebagai pelengkap bumbu di masakan. Saya suka banget masakan yang pakai kecap manis kental kaya semur, mi goreng, nasi goreng, dll.

Permasalahannya adalah, Toko Asia di Angers gak lengkap. Gak ada produk-produk dari Indonesia. So, gak ada kecap, gak ada saus sambal, gak ada INDOMIE!!!!!! Beda dengan kota-kota besar di Prancis yang Toko Asia nya lengkap (bahkan Indomie goreng rendang udah ada). Mulai putar otak, bagaimana mencari pengganti kecap dan saus sambal? Ternyata disini ada yang namanya sauce de soja atau soybean sauce. Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, memang kecap sih (sama-sama dari kedelai). Tapi sauce de soja itu rata-rata asin, ada yang manis juga beberapa (tapi gak semanis kecap). Bentuknya cairan encer banget, dan rasanya agak asem. Huhu, ini mah kagak bisa bikin semur atau ayam kecap. Tapi yasudah dicoba-coba, hasilnya masakan saya jadi berasa masakan Cina. Asli banget, karena penghuni foyer saya rata-rata orang Cina, dan tiap hari mereka masak pakai sauce de soja. Saya akali juga, kasih gula kek dikit biar jadi manis. Tapi tetep aja bedaaaa rasanyaa (meski enak juga sih, bangga :p). Pengin bikin sate yang bumbunya manis gitu pakai kecap, buat soiree sama temen-temen sekelas. 


Untuk saus sambal, setali tiga uang, Jadi ceritanya waktu itu saya ke toko Asia. Udah tahu sih ada semacam saus sambal botolan. Cuma belum pernah nyoba. Saya coba beli sebotol kecil. Udah seneng pas dilihat komposisinya agak mirip sama saus ABC lah ya. Eh ternyata rasanya aseeeeemmm. Gagal sudah membayangkan ngemil nugget sama saus sambal. Sekarang saus itu saya makan kalau beneran lagi laper banget, biar agak lupa kalau asem.

Kemudian mi instan. Ini sebenernya agak ada hikmahnya juga sih. Gak ada indomie, jarang makan mi karena mi instan sini yang produk-produk dari negara tetangga bukan termasuk kategori "enak banget" kalau menurut saya. Bumbunya kurang mantap, gak ada bonus kriuk-kriuk kaya Mi Sedaap, dan rata-rata mi kuah yang rasanya biasa aja. Mi ya juga kurang berasa. Tapi beneran loh, ini kangen banget sama Indomie dan mi-mi an Indonesia. Apalagi bikinan warung. Haha

Ya begitulah hidup di negeri orang. So far, saya menikmati apapun yang saya masak setiap hari dengan bahan-bahan seadanya dan adanya apa. Saya tutup edisi kali ini dengan dengan sebuah doa semoga ada rejeki buat pergi ke Nantes (kota tetangga yang lebih gede, sekaligus ibukota provinsi) buat beli kecap sama Indomie.

Minggu, 10 Maret 2013

Love is in the air, say welcome to spring!!!


Layaknya dua orang yang saling mencintai yang sempat berpisah lalu bertemu kembali, keceriaan itu datang lagi. Hihi. Mari kita sambut musim semi. 

Matahari bersinar cerah sepanjang hari, setelah ia bersembunyi di ujung bumi yang lain. Lalu pohon-pohon, mereka tak lagi gundul, lihat, sudah mulai tumbuh pucuk-pucuk bunga di ranting-rantingnya. Lalu, apa yang terjadi dengan 'hari-hari' disini? Agaknya matahari enggan untuk terlelap terlalu awal. Hehe. Tak seperti musim dingin ketika hari berlalu begitu cepat, sekarang senja dimulai hampir jam 7 (yang berarti jika ingin berpuasa, tak bisa lagi kita nikmati buka puasa jam 5 sore :p). 

Dan lihatlah apa yang terjadi dengan orang-orang. Sudah mulai ada perubahan rupanya. Dimulai dengan gaya berbusana. Jaket-jaket tebal, berat, yang seperti buntelan mulaiditanggalkan, begitu pula dengan sweater wol tebal, syal, dan boot tinggi dan berbulu. Bahkan waktu itu sempat saya menjumpai sekelompok pria cuma memakai celana pendek dan kaos oblong! Mereka membawa papan skateboard yang entah kenapa di mata saya jadi terlihat seperti papan surfing (baca: nuansa pantai). Toko-toko di pusat kota sudah mulai memamerkan "Spring Collections" nya yang kalau di saya cuma bikin sakit mata dan sakit hati (hanya menatap, tak mampu beli). Ada perubahan warna dari yang semula monoton dan sendu seperti hitam, abu-abu, dan coklat tua, menjadi warna yang lebih terang dan ceria. Begitu pula dengan model-model pakaiannya menjadi lebih bervariasi dan bercorak. Satu pikiran terlintas "Sungguh butuh biaya hidup disini, ganti musim ganti baju". Haha

Kemudian mari kita berbicara mengenai suasana hati. This is the point! Aih, seems like love is in the air now! Apa coba, berkat cuaca yang adem (sekitaran 15 derajat) ditambah sinar matahari yang bikin hangat, terkadang ada pula angin yang tak terlalu kencang, semua orang pada suka jalan-jalan dan duduk-duduk di taman atau rerumputan. Apalagi ketika akhir pekan tiba, pusat kota dan taman kota jadi tempat rekreasi bersama. Tebak mereka pergi dengan siapa? Yang muda-mudi pergi dengan pacar atau sahabatnya. Selayaknya mereka dapat tempat kencan murah meriah dengan duduk-duduk di bangku taman, menikmati pemandangan. Atau jika ingin keluar modal, teras-teras kafe dengan payung-payungnya sudah mulai dibuka kembali, setelah vakum saat musim dingin. Sekarang saatnya juga bagi pasangan suami-istri untuk memanjakan putra-putrinya yang masih kecil. Taman bermain anak di taman kota samping kos an sekarang berasa kaya TK, penuh dan ramai. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi keluaga kecil mereka. Pasangan lanjut usia tak kalah juga, ingin menikmati hari yang indah tersebut. Mereka lebih slow, hanya dengan berjalan lambat berdua, bergandengan tangan, melihat sekeliling, sesekali saling menatap, selayaknya berkata "How life goes so fast. We are already old now, and we are still together. We will be together until the end". 

Namun tak perlu harus bersama untuk menikmati cinta di awal musim semi ini. Sekali lagi, love is in the air, dan itu berlaku bagi semua. Meski ada yang sendiri, berjalan sendiri, duduk sendiri, tetapi karena rasa cintanya terhadap sesama, mengapa tidak ikut berbahagia melihat suatu kerharmonisan yang terjalin? Tak ada yang rusuh, tak ada yang membuat onar. Atau yang sedang jauh dari orang-orang yang ia cintai (bukan curhat, hehe), rasa cintanya kepada mereka akan terwujud menjadi sebuah doa. Someday, I wanna enjoy this moment of happiness with you by my side. Aku ingin kalian juga ikut merasakan dan ikut melihat keindahan alam ini. And the most important is our love to Allah SWT. Cinta yang paling utama dan tak bisa tergantikan. Menikmati indahnya musim semi akan semakin mengingatkan kita akan kebesaran Allah, yang dengan kuasa Nya, menciptakan bumi sebegitu rupa sehingga memiliki bermacam-macam musim. Mengingatkan kita tentang betapa besar cinta Allah kepada kita, sehingga kita diberi kesempatan menikmati secuil dari besarnya ciptaan Nya. Dan sungguh, rasa cinta kita kepada Allah akan semakin besar dan besar, melebihi rasa cinta terhadap apapun. 

So, say welcome to spring!!!!

* Angers, suatu malam di awal musim semi, di sela-sela mengerjakan tugas ekonomi.

Sabtu, 16 Februari 2013

PPI, Keluarga kita di luar negeri. Sepenggal cerita tentang PPI Angers.

Terkadang, kita sebagai orang Indonesia, jika ingin bepergian atau tinggal di luar negeri, pasti kita akan mencari kira-kira ada tidak barang satu atau dua manusia Indonesia di kota yang akan kita kunjungi. Apalagi bagi mahasiswa yang akan melanjutkan studi di luar negeri (berhubungan dengan prinsip hidup ekonomis dan hemat ala mahasiswa:p). Entah kenapa, rasanya agak plong aja kalau tahu ternyata beneran ada orang Indonesia di kota tersebut. Padahal sih asli, kita sama sekali belum pernah mengenalnya! Setidaknya, bakal ada minimal satu orang yang akan mengerti kebiasaan "kita" (orang Indonesia). Satu orang yang bisa kita ajak bicara Bahasa Indonesia ketika otak kita sudah bener-bener stuck dengan bahasa antah berantah. Satu orang yang akan tahu selera makan kita. Satu orang yang akan tahu obat apa yang kita butuhkan ketika sakit, maksudnya "kerokan dan pijet" (terinspirasi dari kita di Angers yang sering kena serangan masuk angin berjamaah..:p).

Dari tahun ke tahun, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri semakin bertambah. Mereka tersebar di seluruh penjuru bumi (mungkin suatu saat nanti kita udah kaya bangsa Cina yang ada dimana-mana). Di Prancis, hampir di setiap kota yang memiliki universitas cukup besar, pasti ada sekelompok mahasiswa Indonesia. Mereka di masing-masing kota dan negara membentuk suatu perkumpulan mahasiswa yang diberi nama PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). PPI ini sebagai wadah bagi mahasiswa Indonesia di luar negeri untuk menjalin rasa persatuan dan kesatuan diantara mereka. PPI mempunyai visi dan misi memperkenalkan Indonesia di kancah dunia melalu berbagai program dan acara yang telah disusun. PPI juga turut berkontribusi terkait dengan permasalahan yang terjadi di dalam negeri. Jadi meski kita jauh dari tanah air, bukan berarti kita tidak peka dan acuh tak acuh terhadap perkembangan bangsa dan negara. Sumpah, ini mengingatkan saya ketika zama pergerakan nasional dulu. Para mahasiswa Indonesia yang dikirim ke luar negeri, membuat persatuan pelajar dan ikut beraksi dalam perjuangan merebut kemerdekaan.

Kita di Angers, Prancis, juga punya PPI. Namanya PPI Angers. PPI ini udah berasa keluarga banget buat kita-kita. Sekarang anggotanya sekitar 20an orang. Sebuah perkumpulan yang tak terlalu besar jika dibandingkan dengan rekan-rekan yang di kota besar seperti Paris. Namun, justru karena tak terlalu besar itulah kita jadi akrab, saling mengenal, sering tatap muka, sering makan bareng yang seringnya juga gratis... :p. PPI Angers ini orang-orangnya lintas generasi booo. Kategori "pelajar" yang diemban PPI Angersi ini terdiri dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu S3 (Doktorat), Mas-mas dan Mba-mba S2 (Master), anak-anak muda S1 (piiiissss!!! :p), dan adek-adek SMA dan SMP. Tuuu, ini bener-bener pelajar dari segala jenjang pendidikan. Kurang lengkap apa coba. Oleh karena dari segala macam kalangan usia, maka di PPI Angers kita serasa punya Mamah, Papa, Om, Tante, dam segala macam anggota keluarga lainnya.

Apa yang kita lakukan di PPI Angers? Oleh karena ini adalah sebuah organisasi formal, kita mempunyai struktur organisasi yang jelas dalam rangka menjalankan visi dan misi PPI pada umumnya. Kita mempunyai banyak sekali program dan acara khususnya untuk memperkenalkan Indonesia di Angers. Kita pernah membuat semacam Indonesian Night dengan mengundang teman-teman bule kita hadir untuk mencicipi masakan khas Indonesia dan merasakan nuansa Indonesia di pesta tersebut. Makanannya yang buat kita sendiri, mengingat PPI Angers memiliki beberapa koki hebat yang pandai memasak. Kemudian bekerjasama dengan Universite d'Angers, kita membuat Indonesia Day di cultural center di universitas. Disini acaranya lebih meriah lagi. Kita semua menyuguhkan tari-tarian, nyanyian, dan pakaian tradisional Indonesia. Benar-benar acara yang dibuat untuk mengenal Indonesia lebih dalam. Ada Dubes RI untuk Prancis dan beberapa pejabat universitas dan pemerintah lokal juga loh di acara ini. Hasilnya, kita masuk koran regional keesokan harinya!!!

Demi menjalin tali silaturahmi dan rasa kekeluargaan diantara kita, kita disini sering nongkrong bareng, makan bareng, shopping bareng.....haha. Kayanya tiap minggu pasti kita akan ngumpul entah dimana, bikin syukuran, pesta kecil-kecilan diantara kitaaa....(lumayan lah yaa...setidaknya ada perbaikan gizi tiap minggu). Eh kita juga ada pengajian bareng juga loh bagi yang muslim demi menjaga iman. Secara lah yah, kondisi disini gak kaya di Indonesia yang mau ibadah dan lain-lain gampang. Hehe.

Intinya PPI adalah keluarga baru buat kita di luar negeri. Kita saling membantu, saling berbagi rezeki (terutama jika beasiswa tak kunjung datang, hehe). So, jangan khawatir bagi kalian-kalian yang akan tinggal di luar negeri. Dimanapun itu, kita akan menemukan keluarga baru, sebagai pengganti keluarga kita di tanah air.

*Angers, suatu malam di musim yang matahari enggan menyapa.

Curhatan Malam Minggu


Biasa, ceritanya lagi homesick alias kangen rumah, lebih tepatnya kangen Indonesia! Emang gue akui gue adalah seorang yang nasionalis, cinta Indonesia, bangga jadi orang Indonesia. Ini beneran loh, bukan cuma ngeles karena homesick tadi. Hehe.


Gue akui, disini kualitas hidup emang lebih bagus. Makan terjamin dan bergizi. Segalanya teratur, rapi, dan enaaaak (ini yang bikin gue berencana untuk merasakan beberapa tahun lagi hidup disini, karena setahun sepertinya kurang :p). Angers, je t'aime deh! Tapi Indonesia tetap di hati!


Jadi ceritanya gue lagi bosen, butuh hiburan. Gue lagi pengin banget baca buku atau nonton film Indonesia. Huhu. Entah kenapa pas gue lagi disini, kok banyak buku-buku dan film-film baru yang bagus dan berkualitas. Mauuuu!!!! Ya tapi gue mau nyari dimana coba. Pengin banget baca novel "Pulang" karya Leila S. Chudori. Ngubek-ngubek di google nayri pdf. Nya gak nemu-nemu. Ya iyalah buku baru. Sampai suatu hari gue berpikir "Ada gak sih toko buku di Prancis yang jual buku-buku dari Indonesia?'". Oke, kemudian gue pengin nonton film kaya Perahu Kertas, 5 cm, atau Habibi Ainun deh yang lagi pada ngetop (kayanya sekarang udah gak booming lagi :p). Lagi-lagi gue ngubek-ngubek internet buat cari full movie nya dan gak ketemu. Huhuhuhuhu.


Sampai akhirnya kemarin gue mendapatkan full movie Habibi Ainun sama Perahu Kertas 1 dan 2 (berikutnya gue mau 5 cm sama Rectoverso). Gue tonton lah di malam minggu ini, sendirian di kamar, sedangkan di luar lagi dingin menusuk tulang. Lumayan film-film itu mampu bikin gue terbang ke Indonesia (khusunya Perahu Kertas).

Bener-bener gue merasa gue lagi di Indonesia aja. Matahari, pantai, makanan khas kita, orang-orang kita, dan Bahasa Indonesia! Tapi setelah selesai, gue kembali tersadar, gue lagi di negerinya Napoleon Bonaparte, bukan Soekarno, pas musim dingin, bukan musim ujan yang hawanya sering bikin gerah, dan esoknya kembali sarapan dengan baguette, bukan nasi uduk sama sambel kacang.


Emang bener kata-kata di lagu nasional "Tanah Air".


"...walaupun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu

..walaupun banyak negeri kujalani

yang masyur permai dikata orang

tetapi kampung dan rumahku

disanalah ku merasa senang"


* Menjelajah, menelusuri negeri orang, ke tempat-tempat yang sering disebut orang, justru akan membuat kita semakin mencintai negeri kita sendiri*.


Jadi intinya teteeeep aja balik lagi gue kangen Indonesia. Haha. Tenang, insya Allah beberapa bulan lagi (insya Allah semuanya lancaaaaar) gue akan melihat pantai tropis sambil makan ikan bakar dan minum es degan. Oh iya satu lagi, gue kangen keluar rumah cuma pakai kaos, jeans, sama sandal jepit kemudian beli siomay di pinggir j

Sabtu, 19 Januari 2013

Kau seperti salju

Salju datang dan pergi

Cepat sekali, ia hanya singgah disini

Tapi ia berikan arti

Bagiku yang baru pertama kali

Salju, ia seperti kau

Kau yang datang, lalu pergi....


* Angers, pagi di bulan Januari

Selasa, 15 Januari 2013

Potret hidup di foyer..... :D

"Jiah, kenapa ini internet tiba-tiba lelet. Yaaah...ruang wifi colokannya dipakai semua. Pengin makan tapi kulkas sama dapur ada di bawah, dan males turun naik lagi..." Welcome to foyer!!!! :p

Sebenernya, udah dari lama pengin cerita tentang pasang surut hidup di foyer. Tapi.... ini si akuntansi umum telah menyita hari-hariku bahkan sejal awal semester. Haha. Yuuk ah disimak curhatan malam saya di musim dingin yang tak kunjung bersalju.

Jadi di Angers, saya tinggal di sebuah foyer. Apa itu foyer? Foyer itu semacam kos-kos an biasa. Tapi bentuknya agak mirip rumah gede dengan banyak kamar. Biasanya bangunannya agak tua, kaya foyer saya. Foyer itu biasanya milik swasta, bukan milik universitas (kayanya sih). Jadi gak kaya residence universitaire yang isinya mahasiswa semua. Kalau di foyer, semua orang berasal dari berbagai latar belakang. Ada mahasiswa, ada yang udah kerja, ada juga yang masih nganggur. Hehe. Bener-bener kos-kos an banget deh.  Hal yang agak membedakan juga, di foyer ini banyak banget kegiatan yang sengaja diadain sama pihak foyer (biasanya melalui animatrice) buat sosialisasi dan mempererat pertemanan sesama penghuninya. 

Foyer saya namanya Foyer des jeunes travailleuses du Bon Conseil. Dari namanya udah ketauan dong ini foyer khusus cewek!! Hahaha berasa kos-kos an di Depok. Bahkan ada peraturannya dong, cowok dilarang masuk ke kamar, cuma boleh di ruang tamu, dan ruang publik lainnya. Haha. Terjamin deh yaaah keamanan. Berbicara masalah fasilitas, foyer saya ini agak kurang mungkin yah. Jadi di dalam kamar beneran cuma ada kasur, meja, dan perabotan lain plus wastafel doang. Gak ada kamar mandi. Kamar mandi diluar alias bareng-bareng. Satu lantai ada beberapa kamar mandi. Asli ini beneran kaya kos an saya di Depok. Haha. Ada dapur dan ruang makan gede di bawah buat bareng-bareng. Kulkas-kulkas kita juga dijejerin di dapur, gak di dalam kamar. Gokil deh kalo masuk dapur, isinya kulkas dijejer-jejerin. Kalo kata temen saya, busyet ini berasa kaya markas tentara lagi perang. Haha. Di dapur juga ada microwave, oven, kompor, dll yang bisa digunakan. Satu hal lagi yang mungkin bikin gak betah bagi sebagian orang kalau tinggal di foyer saya, yaitu gak ada internet di kamar! Jadi kalau biasanya residence universitaire itu ada internet gratis di kamar, tinggal colokin kabel internet doang ke laptop, saya di foyer mesti ke ruang wi-fi bersama yang ada di bawah. Capek juga sih naik turun. Tapi hikmahnya, saya jadi gak autis internetan mulu. Haha. 

Oleh karena sebagian besar fasilitas itu emang buat bareng-bareng, jadi ada hal-hal yang kadang bikin gak enak dong yah. Ya iya, karena kita gak bisa bebas pakai semau kita, ada orang lain. Hehe. Contohnya pulang kuliah laper banget pengin masak, mesti turun ke dapur. Sampai dapur, kompor dipakai semua. Apalagi kalau ada yang lagi bikin pesta, beuh masak gak selesai-selesai boooo....Haha. Kalau mau masak dengan leluasa (gak nungguin dan gak ditungguin), mesti milih, masak di awal, atau di akhir. Jadinya kadang saya seringnya masak yang banyak sekalian biar besok-besok tinggal ngangetin doang. Kemudian kamar mandi. Gak usah lah ya dijelasin disini...:p. Apalagi, oh iya ruang wi-fi, mesti cepet-cepet ambil meja yang ada colokannya..hehe...Gokilnya kalau di ruang wi-fi ini, kalau para penghuni lg pada skype. Berhubung penghuni foyer saya dari berbagai bangsa dan negara, jadilah ruang wi-fi itu kadang riuh sama Bahasa Cina, Prancis, Spanyol, Arab, dan......Bahasa Ngapak !!!(kalau saya lagi skype sama orang rumah) :p. Kadang pusing juga yee dengerinnya, sana teriak apa, sini teriak apa. 

Nah dibalik segala kekurangan dan kadang ketidaknyamanan, hidup di foyer sebenarnya bisa jadi sarana buat sosialisasi dan mengenal orang-orang lain bangsa lain. Hal inilah yang sebenarnya bikin saya betah dan males pindah (temen-temen Indo disini getol banget sih nyuruh saya pindah). Haha. Selain karena foyer saya khusus cewek dan terletak di pusat kota tentunya.  Seperti yang saya bilang diatas, disini banyak kegiatan yang sengaja diadain biar kenal sama penghuni lain. Kadang kita bikin pesta kecil atau yang lainnya. Namun tanpa ikut kegiatan yang diadain itupun kita bisa kenalan sama orang kok.  Kalau lagi di dapur misalnya, kadang kita masak sambil ngobrol. Saling tanya masakan masing-masing. Kemudian ngobrolin yang lain. Saling minjem garam, merica, minyak, sendok, piring, ....:p. Kemudian makan bareng, saling nyicipin, ngobrol lagi sampai malem. Kalau topiknya lagi asik seru banget tuh, Kadang sampe hampir lupa mesti ngerjain tugas dan nyiapin yang lain. haha. Banyak ngobrol di foyer jadi sarana ngelatih Bahasa Prancis biar aksen lancar kaya orang sini. Jadi tahu juga kebiasaan dan kultur masing-masing orang dari negara yang berbeda-beda. Seruuuuu. Kadang kalo lama gak muncul di dapur dan ruang makan, sering ditanyain "Kamu kemana aja? Dari kemarin-kemarin jarang keliatan". Hihi.Jadi ngerti sekarang saya kenapa ini foyer kasih peraturan kalau mau makan mesti ke dapur, dilarang makan di dalam kamar. Maksudnya biar sosialisasi demi menciptakan suasana yang harmonis antar penghuni. Kadang sering saya langgar juga sih peraturan mesti makan di ruang makan itu kalau kepepet dan emang lagi males banget turun ke bawah :p. Lama-lama, setelah 4 bulan tinggal disini, udah berasa "rumah" aja ini foyer. Hehe.


Empat bulan tinggal disini, udah berasa kaya rumah aja. Haha. Emang konsepnya foyer kan "rumah", bukan sekedar apartemen datau residence biasa. Bentuknya sengaja dibikin rumah dengan ruang TV, ruang makan, ruang belajar, ruang tamu, dll.  Tiap hari juga kita gak stuck melulu di kamar, tapi mesti jalan-jalan ke ruangan-ruangan itu. Kaya di rumah aja lah :)

Yaaah begitulah kira-kira potret hidup di foyer yang sementara bisa saya bagi. Serunya hidup berjamaah deh yaaa. hehe. Kalau ada yang menarik lagi nanti saya ceritakan lagi di lain kesempatan. Ciao!! 


Rabu, 09 Januari 2013

Where is the sun? :p (stories behind winter)

Kegaulauan musim dingin tibaaa...Eaaaaa. I need sunshine I need sunshine. Haha. Ini ceritanya lagi agak jenuh dengan musim yang dia nya juga sering galau. Kadang ujan, kadang terang, langit suram tapi gak ujan-ujan, katanya musim dingin tapi salju gak turun-turun malah kadang berasa gerah dan keringetan. Yok ah mari kita simak pernak-pernik si musim dingin ini. Tapi sepertinya dan gue rasa tulisan ini bakal agak gak tersusun dengan rapi dan agak random mungkin jatuhnya. Haha. Sudahlah, namanya aja lagi galau musim dingin.. Jadi mungkin sejak Desember kali ini udah masuk musim dingin. Jam kita udah masuk jam musim dingin dengan aturan siang lebih cepet dan malam lebih panjang. Huhu. Bayangkan, jam 9 an berasa kaya jam setengah 6 kalii....dan doi cepet banget ilangnya. Agak lumayan rempong dah ini jadwal sholat. Hehe..tapi lama-lama terbiasa juga jadinya sholat Maghrib jam setengah 5 dan sholat Isya jam 6an. Kalau sholat Subuh biasanya jam 7an atau setengah 8. Ini rempongnya kalo ada kuliah pagi jam 8. Jadi gue makan dulu, beres-beres, dandan, segala macem baru gue sholat Subuh. Abis sholat bener-bener gue langsung berangkat ke kampus. 

Berangkat ke kampus kalo kuliah jam 8 pagi itu berasa Indonesia kalo jam 5 pagi. Jalanan masih gelap, dingiin, beuh apalagi kalo ujan plus angin...lengkap sudah. Haha..sometimes, life is hard. Tapi salut booo orang sini meski masih gelap dan ujan, mereka udah pada beraktivitas ajaa. Sampai kampus jadilah kuliah itu berasa kuliah Subuh dengan mata yang masih merem melek. Bahkan dari dalam kelas gue bisa lihat itu matahari terbit . Tipikal dosen sini kalau ngajar gak pake pemanasan tiba-tiba langsung masuk aja ke pelajaran. Busyet dah. Haha..mari mengawali hari. Siklus matahari musim dingin ini agak membuat gue berpikir masalah puasa dan sholat Tahajud. Ceritanya kan adzan Subuh itu jam setengah 8, berarti Sahur jam 7 dong yaa..terus jam 5 sore udah bisa buka puasa. Wuih sahurnya berasa sarapan. Hehe. Naah tahajud berarti jam 6 pagi bisaaa... Lanjut. Sekarang gue lagi agak jenuh ini sama langit yang suram sepanjang hari. Bawaannya mendung mulu..dan tiba-tiba udah gelap lagi. Emang dasar gue jiwa tropis, maunya liat matahari mulu...Kata orang, "kalau musim dingin bawaannya jadi sering emosian". Tapi emang ada benarnya juga sih, bawaannya gue jadi sewot ini. Apalagi galau-galaunya musim dingin bareng sama galau-galaunya musim ujian. Oke, klop deh yaa.. Gue sekarang mulai memahami mengapa orang-orang sini agak jutek, agak dingin, agak kurang senyum. Hehe.
 
Satu pertanyaan nih, "ini kapan datang saljunya?" Kata temen-temen gue warga lokal Angers, katanya sih kalo disini salju itu sering galau datangnya, kadang mampir kadang engga. Artinya bisa aja gak ada salju tahun ini. Kalau gak ada, mungkin sampai April bakal kaya gini mulu. Oh nooo...sepertinya mending suasana jadi putih-putih salju daripada suram-suram gini. Katanya untuk bisa turun salju, dibutuhkan suhu yang bener-bener dingin. Haha...dan sekarang bahkan gue kadang ngerasa kegerahan. Masalah salju ini, gue sering diketawain sama temen-temen Cina gue gara-gara seumur hidup gak pernah liat salju. Apalagi kalau mereka pada inget gue pernah heboh mengira butiran-butiran es yang menutupi rumput di taman-taman itu salju. Haha. Kata mereka itu cuma air yang membeku gara-gara suhu yang minus kalau malam, sedangkan salju itu yang turun dari langit. Temen-temen di kos an juga heran kalau gue gak pernah mengalami musim dingin. Kalau udah kaya gini, gue akan dengan sangat bangga mengatakan "Di negara saya ada matahari sepanjang tahun dan suhu minimal itu rata-rata 20 derajat". Nah looo...ngiri kan kalian semua. Masalah hujan, hujannya sini dingiiiiin. Biasanya gue kalau di Indonesia, kalau jalan pas ujan itu enaknya pake sandal. Disini, boro-boro...udah rapet banget justru. Hujannya sini agak brutal kalau disertai angin kencang. Maksud hati pakai payung biar gak keujanan tapi jadi rempong sendiri gara-gara itu payung terbang-terbang mulu. Lebih enakan sih pakai jaket tahan air yang ada tutup kepalanya. Atau gak kalau mau pakai payung, pakai yang bentuknya bener-bener cekung. Jadi kalau jalan orang sampai gak bisa liat muka kita. Haha. Intinya pas hujan itu adalah saat-saat yang enggak banget deh.

Selasa, 04 Desember 2012

Pertama kali ke dokter gigi Prancis!!!!!

Saya adalah seorang dewasa yang memakai behel alias kawat gigi. Udah satu tahun saya pakai ini, dna kata dokter gigi saya di Indonesia, setidaknya butuh 2 tahun buat hasil yang maksimal. Oke 2 tahun, gak masalah. 

Masalah mengenai tetek bengek behel ini muncul ketika saya mendapat tawaran program beasiswa ke Prancis untuk setahun. Awalnya mikir, ah gak masalah, nanti minta copot aja ma dokternya. Atau gak, ah tapi kan di Prancis katanya biaya kesehatan gratis. Oke, lanjut.

Ketika beberapa hari menjelang keberangkatan si dokter saya bilang katanya behelnya gak boleh dicopot dulu. Dia juga bilang katanya sebisa mungkin cari dokter gigi disana buat kontrol minimal beberapa kali setahun, meski gak tiap bulan. Oke, masih optimis dengan bayang2 ada asuransi yang nanggung dan pikiran bahwa sistem pergi ke dokter sama kaya di Indonesia (tinggal masuk aja). Oke, optimis yee (meski agak ragu juga "dokter, jiah gimana caranya saya cari dokter gigi disana dok??"

Sampai di Prancis, ternyata behel saya mengundang perhatian orang2 untuk menanyakan umur saya. Oh ternyata yang pada pake behel anak2 kecil toh. Sial. Huhu. Sebulanan di Prancis, si behel tiba-tiba bermasalah. Ada karet yang lepas, oh My God!! Mesti buru-buru dong saya nyari dokter gigi, Duh mana si asuransi belum diurusin jugaa...

Pas ngurus asuransi, ternyata doi gak nge cover biaya kawat gigi kecuali saya adalah anak dibawah 16 tahun. Huhu...kalo masalah gigi lain iya. Gimana nih??? Oke mulailah saya cari-cari tarif dokter gigi sekalian cari dokter giginya juga di internet. Ternyata tarifnya mahal-mahal gila. Sampai seribuan euro masaaa!!! Eh tapi kan itu sama biaya pasang kawat juga, dalam artian itu baru pertama pasang. Nah saya kan udah pasang, cuma bermasalah aja. Caro-cari lagi, katanya kalau di luar negeri terkadang ada dokter gigi yang gak nerima pasien yang udah pasang di dokter lain, apalagi di luar negara itu. Jiaaah. gimana ni?? Tapi mesti tetep dicoba dulu. 

Yaudah, cari-cari daftar dokter gigi di Angers, Prancis. Ketemu daftar dan no telp nya buat minta rendez-vous (baru tau juga kan saya kalo ternyata mesti janjian dulu, huhu). Mulailah saya nelponin mereka satu-satu. Macem-macem jawabannya, ada yang gak bisa nerima pasien lagi, gak nerima pasien orthodontie (bukan dokter gigi spesialis kawat gigi), ada lagi yang nerima pasien orthodontie tapi khsusus anak-anak. Huhu, makin setres. 

Akhirnya ketemu satu dokter gigi, yang mau nerima saya dan mau kasih rendez-vous (pas nelpon, saya udah memelas banget itu). Rendez-vous, 14 Desember jam 14.45. Sumpah, itu adalah sekitar 2 bulan dari awal behel saya bermasalah. Maklum, belum ngerti proses saya. Buta banget. Tugas banyak juga...hehe..gak sempet2.

Dan tadi sebelum ke dokter gigi, saya udah nyiapin kata-kata yang akan saya bilang nanti. Susah ye nerjemahin kata-kata medis dari Indonesia ke Prancis. Huhu. Sebenernya yag bikin ganjel adalah biayanya. Waktu di telpon, mba2 nya bilang biaya konsultasi 23 euro, tapi biaya lain-lain baru dikasih tahu nanti pas rendez-vous soalnya disesuaikan sama kasusnya. Huhu...itu bakalan berapa ya mba???? Perjalanan ke klinik si dokter udah ngitung-ngitung duit saya, "kira-kira beasiswa saya tinggal berapa", "terus ada keperluan lagi gak yag yang kira-kira penting", sampai saya juga mikir "udah, kalo mahal, yaudah bayar dulu, ntar kalo kurang duit buat hidup, minjem temen dulu" (semoga jangan).

Sampai di klinik, mba-mba nya ramag banget. Terus doi nanya ada masalah apa. Saya bilang ada yang copot di behel saya. Kemudian saya disuruh masuk ke ruang dokter. Dokternya juga baik ternyata. Terus si dokter langsung benerin behel saya yang bermasalah. Dalam hati saya bilang "Jiah dok, kok maen langsung benerin gini sih, katanya bakal diskusiin harga dulu sebelum ada tindakan. Yah gimana nih, mahal gak noh dok?". Udah selesai, disuruh ke meja resepniosis. Dan...disuruh bayar 23 euro doang (biaya konsultasi). Asiiik, dan ternyata karena itu biaya konsultasi jadi bakal dirembourse sama asuransi. Tambah asiiik..Mungkin karena tindakan medis tadi juga ringan-ringan aja kali yaa...hihi...

Satu hal, kalau saya kontrol ke dokter gigi di Indo kan tiap bulan langsung diganti karet, dikencengin ,dll. Kalau disini tadi, tindakan yang dilakukan cuma yang berdasarkan keluhan ajaa..Yaudah lah ya gak papa..yang penting ini yang mengganjal di mulut udah beres. Oh iya, mungkin juga karena saya bukan pasien orthodontie si dokter (gak pasang kawat di klinik itu). Jadi yaa dia gak asal main, hanya bergantung pada keluhan aja. Setidaknya sekarang tahu, ada nanti ada masalah lagi (semoga jangan), tinggal ke dokter ini ajaaa...:):)

Jumat, 30 November 2012

First Snow!!!!!!

Oke, saya cuma punya waktu 1 5 menit sebelum temen saya datang untuk menyerahkan tugas kelompok ke kantor dosen (ini lagi di perpus, janjian jam setengah 11 tapi si temen saya itu belum dateng, 15 menit lagi katanya). Yaudah saya mau cerita dalam waktu yang singkat ini.


Sumpah, kaget banget saya waktu keluar rumah tadi. Dingiiin, ya seperti biasa. Emang, akhir-akhir ini lagi dingin banget. Sekitaran 5 derajat laah. Naaah jalan kan ke kampus seperti biasa. Eh pas nyampe Jardin du Mail, taman samping rumah, saya melihat butiran2 putih pada nempel di rumput. Banyaaak banget. Awalnya mikir,; ah mungkin itu pupuk kali (haha...ngaco). eh tapi ok di bangku taman ada jugaaa... dan di tanah jugaaa...tipis2 gituuu....terus di dedaunan yang pada jatuh juga!!!!. Dan.....ini salju!!!!! oke secara resmi saya nyatakan SAYA UDAH LIAT SALJU!!!!!! Yaaah meski masih sangat tipis dan paling nanti siang juga cair, tapi ini beneran bentuknya udah saljuuuuu.

Teman saya datang, see you!!!!!!

Selasa, 27 November 2012

Masak, suatu program hemat Euro (banget)... :p

Bentar, sebelum masuk ke topik utama, saya mau cerita kondisi saya saat ini (berasa penting). Haha. Ini malam minggu. Saya lagi galau, bingung apa yang mau dikerjakan duluan, saking banyaknya. Kuliah, masih ada sekitar 6 presentatsi dan beberapa ujian sebelum libur Natal (mendadak jadi serem sendiri, masih banyak yaa). Hiks, Kemudian teringat cucian yang numpuk (gara-gara susah dapet jadwal buat pake mesin cuci kos an) kamar berantakan (hasil seminggu gak diurusin), dan hal-hal lain. Pengin banget semuanya diselesaikan secepatnya, tapi apa daya, ngantuk banget gara-gara hari ini kuliah dari pagi sampai siang (meski Sabtu, jurusan saya tetep ada kuliah, padahal Jumatnya juga kuliah sampai malam). Selesai kuliah langsung lanjut belanja mingguan, ngisi kulkas yang kosong, buat bahan makan seminggu ke depan. Jiaaaaaah sampai kamar tidur beneran ni. Haha. Yaudah, daripada langsung tidur, saya mau berbagi aja, sekalian ngasah otak (katanya kalau nulis, otak jadi lebih encer, hihi). 

Kali ini saya mau cerita salah satu cara hidup hemat di sini. Berbicara biaya hidup, selain sewa tempat tinggal, makan juga perlu diperhitungkan. Naah, oleh karena disini iklimnya berbeda dari negara kita, badan kita juga perlu menyesuaikan dengan kondisi setempat biar gak gampang sakit (meski biaya dokter biasanya ditanggung asuransi, tapi sistem janjian sama dokter itu disini berasa janjian sama artis deh, ribet dan lama). Agar badan kita tetap prima dan gak gampang capek (beneran, bakal kebanyakan jalan kaki dengan kontur jalan yang tiba-tiba nanjak dan turun), kita mesti makan makanan yang bergizi. Kalau bisa 4 sehat 5 sempurna tiap hari. Pertanyaannya, mahal gak tuh? 

Mahal kalo makan diluar (beli makanan jadi) Semurah-murahnya di Resto U (restoran universitas). Makan lengkap mulai dari salad, daging ato ikan, roti, dan dessert itu 3 euro lebih dikit. Makan di warung kebab (sumpah, kebab udah kaya warteg aja di kita) itu 6 euro (kebab, kentang, minum). Di restoran-restoran, makan lengkap minimal 8-10 euro lah. Kalau beli-beli semacam sandwich di boulanger (toko roti) itu juga sekitaran 2 euro ke atas, tapi kurang kenyang makan gitu doang :p. Sesekali boleh lah makan kaya gitu, tapi kalau tiap hari persediaan euro lama-lama tipis juga. Padahal masih banyak kebutuhan yang mesti dibeli. 

 Oleh sebab itu, masak menjadi alternatif yang sangat bijak dalam menghemat euro kita. Hihi. Kok bisa? Soalnya harga bahan makanan disini gak mahal. Bahkan hampir sama kaya di Indonesia (ini yang saya temui di Angers yah, mungkin hampir sama juga kaya kota-kota kecil dan sedang lainnya di Prancis). Di Carrefour atau beberapa supermarket lainnya, kita bisa menemukan banyak bahan makanan kaya susu, pasta, daging-dagingan (ada yang halal juga looh), sayur dan buah, dan lain-lain. 

Nah, enaknya disini, harga bahan makanan yang bergizi dan berkualitas yang biasanya di kita agak mahal, disini biasa aja. Hihi, ya iyalah, ini di negara penghasilnya langsung. Jadi mari kita manfaatkan. Seliter susu harganya cuma sekitar 0,80 euro alias gak sampai 1 euro ! Kalau 1 euro = 12.00 rupiah, itu berarti gak nyampe 12.000 rupiah (bahkan agak lebih mahal di kita). Keju juga murah. Pasta disini udah berasa kaya mi instan aja di kita, murah dan cepat dimasak. Buah kaya apel, kiwi, strawberry, anggur harganya terjangkau. Trik belanja hemat di supermarket, pilihlah barang-barang dengan merk supermarket itu. Misalnya kalau belanja di Carrefour, pilih barang yang merknya "Carrefour", kalau bisa yang "Carrefour discount"...:p. Itu adalah merk yang paling murah. Soal rasa, sama aja sih kayanya, beda dikit paling, yang penting murah dan kualitasnya juga gak sembarangan. Kalau mau yang lebih murah lagi dan lebih segar, kita bisa ke pasar yang ada setiap hari Sabtu dan Minggu. Itu pasar tradisionalnya sini, tapi tempatnya bersih dan teratur. Disiu harga sayur mayur dan buah murah banget, bahkan kadang penjualnya pukul rata misalnya sekilo 1 euro. Ikan dan daging di pasar ini seger banget dan muraaaah. Jadi, mumpung disini, saya manfaatkan makan salmon, tuna, brokoli, buah, susu, keju....etc (padahal waktu ngekos di Depok, jarang banget makan buah).

 Sekali belanja makanan buat seminggu sekitaran 20-30 euro lah, tergantung menu apa yang diinginkan untuk seminggu ke depan plus cemilan-cemilan. Hehe. Seminggu bisa makan 3 kali dan bergizi. Oleh karena masak sendiri, kebersihan makanan juga jadi lebih terjaga. Oh iya, buat yang gak terbiasa dan gak bisa masak, jangan khawatir, kekreatifan akan muncul seiring laparnya perut. Haha. Beneran, saya juga jarang masak (secara yah, daerah anak kos an kan kalau di kita surga makanan murah dan enak). Awalnya cuma masak bermodal bumbu instan yang dibawa dari Indonesia, lama-lama bumbu habis, jadilah besok-besok ngracik bumbu sendiri. Resep makanannya juga ngarang sendiri. Haha. Apalagi kalau kulkas udah hampir kosong, udahlah itu campur aduk aja semua bahan sisa. Pernah suatu ketika, gara-gara udah gak ada sosis, daging, atau ayam, saya bikin pasta tapi dikasih telor orak-arik. Ini sumpah yah, berasa mi goreng dan sukses bikin temen bule saya terheran-heran. Intinya, tiap hari harus makan buah atau sayur, dan ada protein dari ayam, ikan, atau daging. 

 Naaah jadi udah bisa ngirit kan, euro nya bisa kita tabung buat beli baju dan segala macam tetek bengek kalo pergantian musim, atau buat jalan-jalan...... :D. Oh iya satu lagi keuntungan masak, khsusunya bagi yang dapurnya barengan sama penghuni lain, kita jadi bisa kenalan cuma gara-gara nanya "Wah itu apa? Kelihatannya enak! ".

Sabtu, 27 Oktober 2012

Idhul Adha di Angers, Prancis: Sebuah Nuansa Persaudaraan


C'est vraiment une nouvelle experience pour moi!! Ouais!! Disini saya akan menceritakan pengalaman pertama saya ber Idhul Adha di negeri orang. Oke, saya buka cerita ini dari kegundahan hati saya sebelum Idhul Adha. 
Awalnya saya bingung nih mau sholat ied dimana. Soalnya saya belum tahu mesjid-mesjid disini (ini semua gara-gara kuliah yang super padat yang membuat saya kurang jalan-jalan sampai ke pelosok-pelosok sana). Nah alhamdulillah ada Mba Wina, WNI yang menetap di Angers. Suaminya Mba Wina itu orang Prancis dan muslim. Jadi dia nawarin buat sholat ied bareng sama suaminya di suatu mesjid di Trelaze (nama daerah di Angers). Nanti suaminya bakal jemput di halte bus Centre Equestre. Yaah pokoknya nama-nama daerah itu baru semua bagi saya lah. Gak ngerti. Saya dan beberapa orang teman dari PPI Angers janjian untuk berangkat bareng ke tempat penjemputan. Asyik. Katanya juga, abis sholat ied nanti kita bakal makan-makan di rumah Mba Wina. Tambah asyik.
Malam sebelum hari H, berasa ada yang kurang. What's that? Takbiran. Ini nih, kalo di Indonesia pasti lagi pada rame takbiran. Jiaaaah bagaimana dengan saya? Mengerjakan tugas kelompok di apartemen temen. Huhu. Sebenernya agak khawatir nih buat besok. Gara-gara di Prancis sekarang jam 8 pagi aja masih gelap (dan Shalat Subuh juga mulai jam 7 kurang) bawaannya gak bisa bangun pagi cuuuyyy....Aduh gimana nih kalo kesiangan, jiaah melewatkan pengalaman seru dong. Aduh niat ya Allah. Semoga bisa bangun pagi deh yaa...(saking khawatirnya nyampe nyuruh si Eva, temen PPI Angers, buat miscall in pagi-pagi nyampe bangun). Bismillahirrahmanirrahin, tidur!!
Hari H tiba dan gak kesiangan. Hihi. Saya janjian sama Eva dan Pak Jadet, naik bus ligne 4 ke arah St Berthelemy (belum pernah kesana). Hari ini agak beda sama kemarin-kemarin, dingiiiiinnn. Dan ketemu juga kita di bus. Oke, allons-y a la mosquee!.
Sampai di halte Centre Equestre, ada Pak Asep (ketua baru PPI Angers, *cieee) yang udah nungguin. Selang beberapa lama kemudian, Pak Cedric Dupont (suaminya Mba Wina) jemput pakai mobil. Waaah Pak Cedric ternyata nyetel kaset takbiran dong di mobilnya sepanjang perjalanan ituuu. Dan pemandangan mau ke mesjid gitu tanah-tanah lapang.  Kemudian berpikir "Ini kaya dimana yah?". Beberapa menit kemudian terlihat juga mesjid yang katanya mesjid itu mesjidnya orang-orang Arab. Mesjidnya gak begitu besar, tapi ya Allah, lihat bangunan mesjid disini itu udah wow banget deh. Pas mau turun mobil, udah banyak orang-orang Arab yang berbondong-bondong pada masuk mesjid. Ini nih, terjawab sudah pertanyaan "ini kaya dimana". Ini berasa mau naik haji di Mekkah. Beneran deh. Pemandangan tadi, gema takbir, orang-orang Arab dan bule pakai baju putih-putih. Kurang "Labaikallahummalabbaik" doang. Subhanallah banget yaaaa...Huhu...merinding. Pas tengok ke samping, yaaaahhh Pak Jadet mau nangis. Kenapa Pak? "Terharu", kata dia.
Eh tapi kok ini cowo-cowo semua, mana bagian cewenya?? (pas disini sebenernya agak terpikir suasana lebaran di Indonesia dimana cewe baris di belakang cowo-cowo dan sholatnya di lapangan, pakai koran, pakai tikar dan ada tukang jualan balon sama es krim :p). Oh iya satu lagi, hewan kurban yg udah pada diikat di lapangan. Tadi sih saya gak nemuin hewan kurban yang pada diikat disini Hehe. Akhirnya ketemu juga bagian cewe, itu ternyata di ruangan sebelah. Pas masuk, ruangannya agak kecil ternyata, segede musholla-musholla di mall atau kantor-kantor Indonesia. Itu kurang loh buat menampung jamaah wanita yang lumayan banyak. Jadi kita mepet-mepetan deh. Bahkan ada yang harus sholat diluar karena gak dapet tempat. Tapi justru disitu terasa nikmatnya. Tempat kecil dan terbatas bukan halangan bagi kita untuk sama-sama menjalankan ibadah. Naah buat liat imam, di ruangan cewe ini ada TV LCD nya. Sambil nunggu sholat dimulai, saya memperhatikan wajah orang-orang disini, khusunya cewe-cewe mudanya. Cantik-cantik!!!! Apalagi anak-anak kecilnya, lucu-lucu banget pada pakai jilbab. Trus yang gede pakai pakai henna ditangan. Bagus deh. Gema takbir terus berkumandang. Subhanallah, ini pertama kalinya bagi saya denger seruan-seruan kepada Allah SWT kaya takbir secara serentak kaya gini selama saya di Prancis. Merinding banget banget.
Setelah selesai sholat, kita mendengarkan khotbah Idhul Adha dalam Bahasa Arab dan Prancis. Intinya penyampai khotbah mengajak kita, umat muslimin di Prancis, untuk tetap berserah diri kepada Allah. Kata-kata yang paling saya ingat banget dan bener-bener masuk ke hati saya dari khotbah ini adalah :

"Même si vous vivez avec la tristesse, avec la douleur, avec la peine, disez Allahou Akbar! Allah est le plus grand" (Meski terkadang hidup penuh dengan segala macam kesusahan, selalu berpegang pada Allah dan katakan Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Tiada yang lebih berkuasa dari Allah).
Khotbah selesai, saatnya kita pada bersalam-salaman. Aduuuh ini juga nih, momen ini bener-bener bikin terharu, senang, dan bersyukur banget. Kita, jamaah wanita, saling berpelukan, cium pipi kiri pipi kanan, sambil saling mengucapkan "Bonne fete Eid el Kebir". Meski saya gak kenal mereka, dan mereka juga kayanya tahu saya orang baru (ya iyalah, muka jelas paling beda ini...yang lain Arab semua, hihi), mereka gak segan-segan memeluk dan cium pipi saya layaknya saudara jauh yang baru bertemu. Waaaaahhh...nuansa persaudaraan seiman. Disini saya baru tahu kalau cipika-cipiki gaya mereka itu 2 kali cium pipi kiri, 2 kali cium pipi kanan. Hehe...
Eh pas mau keluar ruangan, ditegur sama mba-mba gitu, dia bilang "Kalian dari Indonesia yah?" (ini asli dia ngomong pakai Bahasa Melayu). Saya: "Wah iya Mba (keceplosan ngomong kata "mba". hihi). Emang Mba darimana?". Dia bilang: "Saya dari Singapura". Oh pantas lah dia cakap pakai Bahasa Malayu. Hehe. Sebenernya udah agak curiga sih tadi pas sebelum sholat. Saya perhatikan kok dia jilbab nya beda sama yang lain. Gaya-gaya jilbab ukhti-ukhti di Indonesia laaah. Eh ternyata eh ternyata, dia itu istrinya syekh disini. Istrinya imam sholat tadi. Huwooowww!!!! Kita lalu kenalan, namanya kalau gak salah Mba Fajrin. Dan ternyata lagi, dia tinggal di jalan belakang kos an saya!!!! Huwaaa mau main kapan-kapan. Kita juga kenalan sama ibu mertua Mba Fajrin., orang Arab. Baik banget. Dia bilang :"Wah bagus sekali, kalian mahasiswa disini". Masih pengin ngobrol lama, tapi udah mesti cepet-cepet pulang. Akhirnya kita tuker-tukeran nomer HP. Waaaah sumpah deh orang-orangnya baik-baik tadi, berasa kaya di keluarga sendiri.
Asyik saatnya kita makan-makan masakan Indonesia. Lapaaaarrr. Mau cerita sedikit, kata Pak Cedric, di Angers ada 4 mesjid. Tapi namanya agak beda-beda. Ada mesjid Arab, mesjid Turki, dll. Maksudnya, kalau mesjid Arab, isinya orang-orang dari Arab. Mesjid Turki, isinya orang-orang dari Turki. Kalau yang buat saya sholat tadi, itu mesjid Arab. 
Sampai rumahnya Mba Wina, udah disamput sama opor ayam, ketupat, rendang, kerupuk, waaaah banyaaaaakkk. Gak salah emang sengaja ngosongin perut dari pagi. Haha...saya adalah anak kos yang sudah berpengalaman (4 tahun kos di Depok, 1 bulan di Angers). Kumpul deh orang-orang Indonesia di Angers dan sekitarnya di rumah Mba Wina. Ada mahasiswa, ada juga beberapa yang emang menetap di Angers karena sudah berkeluarga dengan warga lokal. Hihi seru deh, dengerin obrolan para istri orang Prancis ini waktu ngomongin betapa ribetnya ngurus segala macam surat-suratan waktu mereka menikah sama warga asing. Kedutaan-KUA-Walikota...Kedutaan-KUA-Walikota....kira-kira begitulah alurnya..Hahaaa.....Kumpul-kumpul bareng pas Idhul Adha cukup mengobati kangen suasana di rumah lah (terlintas : ini pasti orang rumah lagi pada bakar-bakaran sate nih. Untung telpon ke Prancis mahal, kalau gak pasti mereka bakal bilang di telpon: "Lih, kamu lagi ngapain di kos? Nih di rumah enak nih, lagi bakar-bakaran, kamu mau gak? Yaaah jauh sih, mau dilempar apa nih satenya?"). Huhuhu....
Yaaah cukup sekian dan terima kasih untuk hari ini. Nantikan kisah-kisah menarik selanjutnya dari saya. Semoga bermanfaat bagi semua , courage!! :)

Minggu, 14 Oktober 2012

Ce que je pense sur Angers! (Transports)


Waduh lama banget yaa gak update cerita-cerita. Hehe..maap-maap, saya sibuk banget banget. Bukan jalan-jalan kok (yaa jalan2 juga sih..hehe). Tapi beneran deh, semenjak kuliah dimulai busyet kaya berasa gak ada waktu luang. Kuliah mulai jam 8 pagi sampai jam setengah 7 malam, hampir tiap hari bahkan sabtu juga! Sudahlah, nanti saya ceritakan bagaimana kuliah saya itu. Well, kali ini saya mau cerita mengenai kota tempat saya tinggal sekarang, Angers. Kali ini saya mau cerita tentang  transportasi disini. 
Banyak yang mengira, saya ke Prancis itu ke Paris. Hehe..padahal bukan. Saya ke Angers, sebuah kota yang gak gede dan gak kecil juga di wilayah  atau region Pays de la Loire, Prancis. Kalau  dari Paris mau ke Angers, kita bisa naik TGV seharga 50 euro (ada potongan juga sih buat mahasiswa jadi 30 euro an bahkan 25 euroan). Perjalanan Paris-Angers ditempuh selama 1,5 jam (pas banget loh, disini kereta gada yang telat, hehe).  Nah nanti kita akan turun di stasiun Angers yang namanya Angers St. Laud. 
Sebulan disini, saya merasa nyaman banget dan betah. Seperti yang saya bilang, disini bukan kota besar kaya Paris, Lyon, atau Marseille, bukan pula kota kecil. Jadi suasananya juga pas banget, gak rame, gak sepi. Semua fasilitas untuk menunjang hidup ada dan gak berlebihan.  Semuanya teratur dan rapi. 
Agaknya walikota dan pemerintah disini emang benerr-bener bekerja dengan baik dalam memuaskan warganya, membuat mereka nyaman tinggal disini. Dimulai dari sarana transportasi. Angers punya visi sebagai kota hijau dengan mengajak waganya untuk menggunakan sarana transportasi umum.  Visi ini berkali-kali saya lihat di buletin kota kaya majalah, tabloid, atau poster-poster di tempat umum. Publikasi dan slogan-slogan yang dilontarkan pun sangat menarik dan gak monoton.  Nah ajakan itu bukan sekedar ajakan. Pemerintah sini beneran serius membenahi sarana transportasi publik. Tramway, bus kota, dan juga ribuan sepeda yang bisa disewa  gratis secara berkala oleh warga bahkan orang asing yang tinggal disini! Saya suka banget liat tramway sama bus, warnanya menarik dan khas, sepedanya juga. Ada logo kota Angers gitu. Nah untuk mengetahui rute tram dan bus, ada peta rute  dan jadwal (buku jadwal lebih tepatnya) yang bisa didapat secara gratis di kantor bus/tram.  Jadwalnya beneran pas loh, kalaupun telat paling 5 menit. Kata teman saya, disini tram atau busnya ada GPS  dan dipantau  terus sama pusatnya waktu tiba di setiap pemberhentiian.  Jadi kelihatan mana bus yang suka telat mana yang enggak. Hehe. Untuk sepeda juga, ada petunjuk-petunjuk mengenai tempat parkir sepeda dan dibuat jalur khusus sepeda di jalanan kota.  Menggunakan bus dan tram disini ada kartu khusus (kartu abonemen gitu). Biayanya 20 euro per bulan (buat  kaum "membutuhkan" alias para penerima beasiswa, mahasiswa, dan orang-orang yang sering dapet bantuan deh) dan kita bisa sepuasnya naik bus atau tram ke semua rute selama sebulan!. 
Bagi para turis dan pendatang baru (kaya saya, hehe), gak susah untuk menjelajah kota. Disini semua informasi mengenai Angers kaya peta kota, peta bus atau tram, buletin-buletin tentang kota Angers, dan informasi-informasi mengenai apa yang ada di Angers disebarluaskan secara gratis dan bisa didapat di tempat-tempat tertentu.  Bener-bener menunjang banget deh. Disini kalau kesasar tinggal liat peta aja udah bisa balik lagi karena nama-nama jalan pun disini bener-bener ditulis dengan jelas di papan-papan.  Seminggu pertama disini saya pegang peta terus, coba menghafal nama jalan dan gang-gang nya. 
Berbicara soal transportasi lagi nih, jadi inget kalau nyebrang jalan Margonda di Depok berasa taruhan nyawa. Hehehe....Nah disini kalau mau nyebrang enaaaaak banget. Di setiap zebra cross selalu ada tanda yang meunjukkan apakah kita boleh nyebrang atau tidak. Jadi gak usah takut ketabrak  atau keserempet gitu. Tapi tanda  itu cuma ada di jalan-jalan besar, sedangkan kalu di jalan-jalan  yang agak kecil gak ada. Etits, tapi gak iusah takut. Para pengendara mobil (sumpah belum nemu pengendara motor disini)  kayanya udah tahu ciri-ciri orang mau nyebrang. Jadi begiitu liat  kita udah  yang udah siap-siap nyebrang gitu, mereka langsung berhenti, mempersilahkan kita nyebrang. Nah awalnya saya gak tahu tuh. Saya pikir pejalan kaki yang  mesti ngalah duluan. Saya nyantai-nyantai aja diem (maksudnya mau mempersilahkan  mobil-mobil itu jalan duluan). Dalam hati " Kok ini mobil malah pada berhenti sih? Niat jalan gak sih mas, mba?". Saya diem., mobil diem. Hening. Tiba-tiba tahu kalau saya disuruh nyebrang dulu.....Jiaaaah...maap-maap gak tahu mas, mba. Hihihihi. Pernah juga kejadian waktu mau berangkat ke kampus, pululhan mobil dari 2 arah pada berhenti demi mempersilahkan saya seorang nyebrang (bener, gak ada orang lain lagi). Jiaaaah berasa  agak gimana gitu pas melangkah di zebra cross . Hehehehe....
Soal jalan kaki lagi nih, sumpah yah, awalnya saya masih kagok mengenai definisi jauh dekatnya orang sini. Haha. Jadi  waktu itu mau ke stasiun,  dan udah niat mau jalan kaki soalnya liat di peta tinggal lurus doang dari kos saya. Tapi biar  lebih mantep, tanya orang dijalan. Kata dia, "Oh stasiun, deket kok deket, 10 menit jalan kaki laaah". Oke. Eh tapi kok ini gak nyampe-nyampe yah? Busyet lurus sih lurus, tapi kok lama?. Berpikir sejenak, oh iya,  mindset belum diubah,. Ini 10 menit nya orang sini yah, mereka jalan cepet booo......
Waktu awal-awal itu sempet keteteran ngikutin ritme  geraknya orang sini  Padahal  saya di Indonesia udah termasuk  pejalan kaki cepet. Jadilah kemana-mana selalu ngos-ngosan karena jalanan disini agak gak rata (naik turun). Mau  jalan santai, (toh gak ada yang lagi dikejar )  tapi yang lain pada jalan cepet,  jiaaaah secara gak sadar ikut-ikutan jalan cepet.  Seiring berjalan waktu bisa juga tuh. Hehe. Apalagi kalau berangkat kuliah yang jalanannya turun, wuih berasa lari. Ke staisun akhirnya  bisa juga tuh tembus 10 menit jalan, bahkan kadang kurang. Hehe
Angers itu  terbagi dalam beberapa wilayah. Nah daerah tempat saya tinggal itu Centre Viille (pusat kota). Jadi enak kemana-mana. Hihihi...jada jalur tram dan bus yang lewat  pun banyak ke beberapa jurusan. Mau ke stassiun kereta inggal jalan melewati dereatan toko-toko , kafe, dan restoran (10 menit versi orang sini). Mau belanja gampang, tuh toko-toko berjejer rapi. Enak deh, aksesnya gampang di Centre Ville.  
Sekian dulu cerita edisi kali ini, nanti untuk selanjutnya saya mau cerita tentang  biaya hidup dan makan  disini, orang-orangnya, kuliah saya, dll.....Nantikan!




Kamis, 20 September 2012

Welcome, ANGERS!!!

note : ketika nulis ini, saya lagi di perpus universitas pakai komputer publiknya sana. Agak rempong karena susunan keyboardnya beda jadi sering kepleset dan dikanan kiri saya ada bule....haha....ya iyalah lo pikir lagi di perpus UI  pakai iMac....haha


Oke, kata Mba Sally besok kita mesti pagi-pagi ke Gare du Montparnasse karena TGV yang lewat Angers sekitar jam 8an. Bangun pagi-pagi banget langsung berkata dalam hati ¨Akhirnya gue merasakan tidur di Paris¨ (Paris terkenal sebagai kota yang susah buat nyari tempat tinggal dan hotel juga mahal sehingga bagi saya tidur di Paris dengan gratis merupakan suatu kemewahan tersendiri, hehe). Tanpa mandi langsung kembali dorong dan angkat koper menuju metro yang mau ke Gare du Montparnasse. Sumpah entah kenapa sebel banget sama metro. haha. Sampai Gare du Montparnasse langsung beli tiket TGV buat ke Angers. Mahal. 50euro an. Pesannya mendadak sih. Kata si mba-mba loket keretanya akan berangkat 15 menit lagi. Busyet. Bentar lagi. Untungnya ada Mba Sally sama Kak Ira yang bantu baca tiketnya dan ngarahin kita ke TGV yang tepat. Coba engga. Bisa nyasar kali mpe Lyon mungkin. 

TGV enak deh. Cepet banget. Tapi duduknya hadap-hadapan. Orang-orang satu gerbong pada diem semua, muka kaku, tatapan sayu. Kaya tak bersemangat gitu. Cuma saya dan Mayang (teman saya) yang kadang ketawa dan ngobrol. Diliatin deh sama orang-orang satu gerbong. Perjalanan dari Paris ke Angers sekitar 1,5 jam. Memang yah kereta di Eropa itu selalu tepat waktu bahkan sampai ke menit-menitnya. Tuh pas banget sampai Angers jam 11 lebih 3 menit. Samapi stasiun, dimulai lagi kerempongan bawa koper rusak. Dan kali ini bener-bener udah rusak parah. Banget. Gara-gara rodanya udah copot dan saya memaksa menariknya, eh sekrang kopernya jadi bolong gitu. Kainnya pada mengelupas. Diketawain lah sama orang-orang di stasiun. Duh mana sqya mesti sendiri lagi. Teman saya mesti naik kereta lagi untuk ke Saumur, kota dimana dia akan belajar. Jadi dia di stasiun Angers cuma ganti kereta doang. Jiaaaah.....Pas turun lewat tangga buat ke pintu keluar, ada segerombolan bule kulit item ngetawain dan ngeliatin. Huh sebel. setelah tangga turun, gila ada tangga naik lagi buat keluar. Duh mana berat banget lagi dan sendirian pula. pas lagi kesusahan gitu, eh tiba-tiba segerombolan bule kulit item yang tadi ngetawain langsung nyamperin dan langsung ngangkatin koper dan tas saya dan membawanya ke atas, ke pintu keluar. Waaahhhh.... ternyata mereka baik banget. 

Sebelumnya, saya sudah janjian sama orang Indonesia yang sedang kuliah di Angers juga untuk minta jemput (apalagi kalau bukan gara2 koper). Namanya Pak Asep. Beliau dosen Sahid yang lagi S3 di sini. Saya nunggu deh di ruang informasi. Duduk. Pas lagi enak-enak duduk, saya noleh ke samping dan baru tahu kalau samping saya itu kakek-kakek yang lagi tidur dan bawa anjing yang super guede dan lagi tidur pula!!!.... Oke si anjing lagi tidur. Tetep aja serem. Gila itu gede banget anjingnya. Dan tuh kan bener si anjing gak sepenuhnya tidur. Tuh dia gerak-gerak dan tiba-tiba mendekat ke saya sambil mengeluarkan suara yang serem. Jiaaaahh....spontan langsung jingkrak saya. Ibu-ibu depan saya langsung nenangin itu anjing (si empunya sih tetep tidur kayanya). Hufffffff.........

Selang 30 menitan kemudian, Pak Asep datang bersama orang Indonesia juga. Katanya mereka nyari-nyari saya dari tadi mpe naik keatas segala. Padahal saya nya tetep di ruang informasi, gak bisa kemana-mana gegara si koper itu. Keluar statsiun, kami naik taksi buat ke kos saya. Sepanjang perjalanan naik taksi itu, gak sempet liat kanan kiri, yang terbayang di otak adalah urusan administrasi yang segambreng dan kuliah yang udah telat. Sebenernya dari stasiun ke kos saya, gak jauh, jalan kaki juga bisa. Voila akhirnya sampai juga di kos an. FJT du Bon Conseil, 7 rue du Quinconce, ANGERS. haha. udah apal banget saya alamat ini gara2 sering nulis di segala macam surat-suratan. Sampai sana langsung bilang ke pengelolalanya atau animatrice. Namanya Sabrina. Baik orangnya. Dia langsung nunjuk-nunjukkin mana kamar saya, kamar mandi, dll. Dia juga ngerti saya baru dateng masih capek, jadi gak disuruh bayar dulu dan ngisi segala macam surat-suratan. Kata dia, kamu baca aja dulu malam ini. Besok baru kasih lagi ke saya. 

Oke. Setelah semua barang dimasukkan ke kamar, saatnya ke kampus, ketemu sama Madame Ingremeau. buat daftar ulang dan dapetin kartu mahasiswa. Dianterin sama Pak Asep. Katanya sih deket, jalan kaki bisa ke kampus. Tapi entah kenapa kok berasa jauh yaaa. Haha...Pas sampai kampus, ketemu sama Madame Ingremeau, beliau bilang saya suruh datang lagi besok karena dia kasihan sama saya yang udah kecapean. Hahaha.....Oke mari kita pulang. Ini nih. tadi kan saya berangkat ada yang nganterin, tapi karena emang lagi gak konsen, jadi saya juga gak merhatiin jalan. Ternyata pulangnya, saya mesti sendiri karena Pak Asep ada urusan. Oke, optimis. Jaman deeh dengan backpack yang berat sama kertas-kertas super penting. Saya jalan menelusuri jalanan yang kira-kira tadi saya lewati. Jleb. Kok gak ada Carrefour yaah, tadi itu pas berangkat lewat depan Carrefour city kecil gitu. Kesasar ni jangan-jangan. Tetep jalan. Makin gak jelas. Duh ini kios-kios dan bangunannya kenapa bentuknya sama semua sih. Cat nya sama, warna krem. Jalanannya juga. Sial, jangan-jangan makin nyasar nih saya. Nah untungnya kos an saya itu persis di samping taman yang terkenal yang namanya Jardin du Mail. Jadi patokannya itu aja. yaudah tanya orang deh dimana itu Jardin du Mail. Tuh kan beneran nyasar. Jalan yang mau ke Jardin du Mail itu harusnya di sebelah sana, kenapa saya malah kesini. Jiaah. Saya barus sadar juga kalau ternyata jalanan pulang ini nanjak. Gilaaa capek banget udah mau pingsan rasanya. Naaah itu di keliatan Jardin du Mail. Oke, sekarang ke Rue du Quinconce. Setelah baca papan jalan, harusnya sih Rue du Quinconce disebelah sini, tapi kenapa gak ada bentuk kos an saya disini. Rumah dan bangunannya pun nomer nya gede-gede semua, sedangkan kos an saya nomer 7!. Duh! Akhirnya saya tanya sama kakek-kakek; dan kata dia rue du Quinconce itu diseberang sana. Jiaaaah, pantesan. Hufff akhirnya sampai juga di kamar. Haha..... terima kasih pelajaran KBP semester 1 apa 2 gitu yang temanya bagaimana bertanya pada orang ketika anda tersesat dan tak tahu jalan. Saya mempersiapkan kembali dokumen-dokumen dengan makan malam yang cuma roti tawar gandum tanpa selai. Baru inget seharian ini cuma makan roti.

Tidur. Haaaahhh, di kota ini saya akan hidup hampir setahun ke depan. Masih asing. belum kenal, belum eksplorasi. Oke, Welcome, ANGERS!!!!

Rabu, 19 September 2012

Super rempong, super hectic.....PARIS!!


Oke, cerita berlanjut.  Post yang lalu kan saya cerita kalau  si pesawat Emirates itu sudah mau mendarat di CDG Paris dan begitu besarnya ekspektasi saya tentang Paris: berharap dapat lihat Menara Eiffel dan foto-foto di tempat-tempat terkenal yang sering disebut di buku KBP (hehe) atau ga minimal foto-foto di CDG atau Gare du Montparnasse deh. T.e.t.a.p.i.......realita berkata lain.  Jeng...jeng...jeng.... ada apakah gerangan?

Turun dari pesawat,  saya dan teman saya (begitu pula penumpang-penumpang yang lain) langsung dihadang oleh dua petugas imigrasi. Oke, kita keluarkan lagi si buku ijo (pasport) dan kawan-kawannya (segala macam surat-suratan). Si petugas menanyakan apa alasan kita ke Prancis. Langsung aja saya jawab kalau saya mau kuliah tourisme di Universite d’Angers. Oke, lewat. Saya pikir udahan gitu, eh `ada pemeriksaan lagi. Kali ini petugasnya ada di dalam konter (kalau yang tadi dia Cuma berdiri aja). Jiaaah keluarin lagi si buku ijo. Petugas yang kali ini agak serem gitu, gendut, botak, kumis tebel. Udah serem aja saya. Kemudian pas giliran kami dipanggil dan dia meminta pasport kami, gak disangka-sangka dia bilang: “Ah, Indonesia! Je suis allé en Indonésie le mois de juin! Bali, Java....(Ah Indonesia! Saya bulan Juni kemarin baru aja dari Indonesia, ke Bali dan Jawa!). Kemudian dia bilang kalau Indonesia adalah negara yang sangat indah. Tanpa lama-lama dia langsung stempel pasport kami dan bilang : “Terima kasih!” (pakai Bahasa Indonesia beneran looh dan tersenyum lebar).  Hehehe....sumpah agak ga nyangka juga yaaaa.....Alhamdulillah.

Nah, perkara imigrasi airport selesai dan berjalan dengan sangat mulus. Optimis. Namun ke rempong an  agaknya telah dimulai ketika saya mau ambil koper. Mungkin memang lagi kurang konsentrasi atau memang koper saya yang berat banget, tiba-tiba pas mau mindahin koper itu ke troli, ada sesuatu yang patah. Ternyata itu adalah gagang roda yang dibawah. Akibatnya, koper saya gak bisa berdiri sempurna. Tak apalah, setidaknya masih bisa didorong.  Tetap optimis.  Saya dan teman saya  rencananya mau naik car atau bus menuju Gare du Lyon karena kami akan dijemput  salah seorang teman kami disana (kami tiba di Paris itu malam, jadi butuh tumpangan nginep semalam, hehe. Alhamdulillah ada anak PPI Prancis yang mau menampung kami).  Namun pas mau ke tempat car berada, kami ingat sesuatu. Lettre de presentation yang harus dikasih di airport!! Bolak-balik kami tanya ke petugas airport CDG atau informasi untuk nyari tahu stand Campusfrance itu dimana. Akhirnya ketemu juga. Ternyata di bagian informasi Terminal A lah kami harus menyerahkan kertas itu. Kami pikir udah lah ya Cuma diserahin aja. Eh ternyata si mba-mba informasinya bilang kami harus ke Porte Maillot, ke kabin telepon yang ada disana, buat nelepon Campusfrance. Jiaaaah dimana pula itu Porte Maillot. Kemudian si mba itu ngasih tiket buat naik  car  ke Porte Maillot. Oke, akhirnya naiklah kami ke car dengan tujuan ke Porte Maillot, gak jadi ke Gare du Lyon. Proses ngasih surat itu sampai akhirnya kami naik car cukup memakan waktu karena kami bolak-balik nanya ke mba nya dan meminta dia untuk mengulang lagi apa yang dia katakan (Haha.....tiba-tiba agak gak siap gitu denger dan ngomong Bahasa Prancis).

Di dalam bus cuma ada beberapa orang. Sumpah yah di situ saya sudah mau muntah karena cuaca dingin banget dan kondisi badan emang lagi berasa kaya masuk angin gitu.  Stres juga di dalam mikiirin gimana mau ketemu teman saya anak PPI itu. Jangan-jangan dia udah nunggu lama di Gare du Lyon. Mana belum beli kartu telepon Prancis lagi. Gimana yah cara hubungi dia ngasih tahu kalau kami akan ke Porte Maillot dulu.  Dan.....apa pula itu Porte Maillot??????? Kok gak sampai-sampai sih.  Kata teman saya, “Yaudah lah nikmati perjalanan. Eh tapi kok gue berasa kaya di Sumatra ya? Ini kenapa jalannya lewat semacam sawah-sawah gini? Mana malem-malem lagi”...Haha. Bener juga sih. Ini di Paris loooohh.....mana menara Eiffel, mana????

Prochain arret: Porte Maillot. Oke saatnya kami turun. Saya pikir akan turun di semacam halte gede ada ruangan-ruangan yang isinya kabin telepon, ada tolilet, tempat duudk, tempat makan, tapi TIDAK!. Kami diturunkan di zebra cross di daerah yang namanya Porte Maillot. Jiaah....begitu turun...buussyeeet dingiiiin amaaaat!!!!!!Brrrrrrr......Kami ambil koper di bagasi bus kemudian bus itu meninggalkan kami di pinggir jalan bersama koper-koper yang gede dan kedinginan. Huhu.  Kami langsung nyari kabin telepon, dan ternyata dia terletak di seberang jalan. Begitu sampai, langsung kami pencet nomer telepon si CampusFrance. Nyambung. Lalu kami bilang ke mba-mba di seberang telepon saya nama dan nomor berkas beasiswa kami. Gokil loh adegan telepon-telepon an ini. Haha. Karena  sering tiba-tiba nge blank Bahasa Prancis, maka kami bergantian ngomongnya. Saya :”Eh aduh ini dia ngomong apa sih, gak ngerti, coba deh lu yang ngomong”. Teman saya: “Oke. Eh aduh apaan sih ini, coba gantian elu deh”. Mungkin mba-mba disana bingung mendengarkan suara kami yang tiba-tiba berubah. Sebenarnya karena dingin juga sih jadi kita agak kagok ngomong dan si KOPER. Jiaaah si koper saya itu makin ga jelas aja berdirinya. Jadilah saya tangan satu pegang gagang telepon, tangan satunya pegangin koper biar gak jatuh.  Udah rempong-rempong telepon, eh si mba nya bilang : “Oke, saya catat. Tapi kalian besok telepon lagi yaah.” Jiaaaahhh kalau gitu telepon besok ajaa. Ngapain kita ke Porte Maillot??? Mending langsung aja ke Gare du Lyon. Kenapa juga kami mesti nurut sama mba-mba airport buat ke Porte Maillot tanpa adanya protes buat telepon besok aja dan gak usah ke Porte Maillot. Hmm....sampai saat ini, itu adalah misteri yang belum terpecahkan.
Oke, berarti sekarang kami harus cari cara bagaimana menghubungi teman kami (Mba Sally) yang lagi nunggu di Gare du Lyon itu bahwa kami di Porte Maillot dan gak tahu caranya pergi ke Gare du Lyon. Oh iya, saya masih ada pulsa Telkomsel 40rb an lah. Saya coba telpon, eh nyambung. Mba Sally bilang kami harus naik metro buat ke Gare du Lyon. Oke, naik metro. What??????? Ini adalah hal yang sebenarnya saya hindari banget begitu tiba di Paris dengan bawaan segrambreng. Naik metro kan berarti naik turun tangga yang ga sedikit juga. Denger-denger dari teman yang pernah ke Paris sih gitu. Oke, optimis. Mungkin ribuan tangga itu cuma mitos, mungkin sebenarnya  tangganya cuma dikit, atau jika memang naik metro itu naik turun banyak tangga, mungkin metro yang dari Porte Maillot ini ada eskalatornya, syukur-syukur ada troli buat bawa barang-barang.  Itu yang ada di pikiran saya waktu itu. Itu adalah sebuah harapan.  Oke, jalan. Oh iya, nanya orang dulu dimana ada stasiun metro. Kata si mas-mas bule yang saya tanya, tinggal sekitar 100 meter lagi lah lurus ke depan.  Melajulah kami ke stasiun metro, jalan kaki dengan koper-koper, khusus untuk saya, koper yang hampir rusak. Sumpah adegan jalan kaki ke stasiun metro ini kaya di film-film deh, adegannya sedih sekaligus miris tapi.  Kami berjalan dengan muka capek dan memelas, badan kecil dan kedinginan, koper segrambreng dan agak susah didorong dan diangkat, melewati kafe-kafe dan restoran yang lagi banyak orang. Jelas banget orang-orang di dalem sana, yang lagi menikmati santap makan malamnya, lihat kami, dua makhluk memprihatinkan ini. Huhu...

 Harapan saya tentang eskalator dan troli pupus sudah. Ini realita. Begitu kami sampai di tempat yang ada tulisan “Metro”, hal yang kami dapat pertama adalah : tangga turun. Saya coba angkat koper turun, gak kuat. Kemudian saya paksa tarik, dan tiba-tiba roda nya ada yang bermasalah satu. Belum patah tapi. Susah. Kemudian ada bule bapak-bapak baru pulang kantor, baik banget mau ngangkatin koper sampai bawah. Tuh kan bener, setelah tangga turun itu ternyata masih ada tangga-tangga lain dan naik-turun pula. Gilaaaa.  Mana kami sempet nyasar jalur pula gara-gara setelah beli tiket metro, kami sok tahu aja karena kami pikir jalur metro yang ke Gare du Lyon sama aja. Alhasil makin banyak lah tangga yang harus dinaiki dan dituruni. Sumpah ini rempong banget. Bawa-bawa koper yang hampir rusak naik turun tangga disaat orang-orang Paris pada pulang kerja. Sibuk dan rame banget di stasiun. Untungnya, ada orang-orang baik yang mau membantu kami. Setiap kali kami kesulitan bawa koper, ada aja orang yang nawarin bantuan buat ngangkatin. Entah cewe, cowo, kulit putih, kulit hitam..beruntung banget.  Nah waktu ada cewe kulit hitam yang nawarin bantuin ngangkat koper, dia bilang ke saya: “Ini nih yang saya gak suka dari sistem transportasi sini. Gak memudahkan orang”.

Di dalam metro untungnya bisa dapat duduk. Tapi agak gak enak juga, udah tampang lusuh, bawaan heboh, muka orang asing lagi. Haha....diliatin orang se gerbong deh kami. Untungnya di dalam metro ada peta tentang jalur metro jadi kami tahu Gare du Lyon itu setelah apa. Hehe. Alhamdulillah sampai juga kami di Gare du Lyon. Begitu sampai dan duduk sejenak, eh disamperin sama Mba Sally dan temannya, Kak Ira. Huwaaa...maaf membuat kalian nunggu lama. Kata Mba Sally, dari Gare du Lyon ke kos dia mesti naik metro lagi ke Olympiad. Oke, metro again :(L. Kali ini lebih enak karena Mba Sally dan Kak Ira bantuin bawa barangnya. Setelah berjibaku sampai juga di kos Mba Sally di daerah Olympiad. Enak banget tempatnya  mana kami dikasih makan pula..Hehe....Oke, tidur. Goodnight Paris!
Nasib koper: Roda patah dua-duanya.
Foto-foto?:  Gak ada.  Nol persen.
Eiffel? : Dimana tuh Eiffel, gak liat tuh.  

·         Akan saya ingat seumur hidup saya : PORTE-MAILLOT