Selasa, 27 November 2012

Masak, suatu program hemat Euro (banget)... :p

Bentar, sebelum masuk ke topik utama, saya mau cerita kondisi saya saat ini (berasa penting). Haha. Ini malam minggu. Saya lagi galau, bingung apa yang mau dikerjakan duluan, saking banyaknya. Kuliah, masih ada sekitar 6 presentatsi dan beberapa ujian sebelum libur Natal (mendadak jadi serem sendiri, masih banyak yaa). Hiks, Kemudian teringat cucian yang numpuk (gara-gara susah dapet jadwal buat pake mesin cuci kos an) kamar berantakan (hasil seminggu gak diurusin), dan hal-hal lain. Pengin banget semuanya diselesaikan secepatnya, tapi apa daya, ngantuk banget gara-gara hari ini kuliah dari pagi sampai siang (meski Sabtu, jurusan saya tetep ada kuliah, padahal Jumatnya juga kuliah sampai malam). Selesai kuliah langsung lanjut belanja mingguan, ngisi kulkas yang kosong, buat bahan makan seminggu ke depan. Jiaaaaaah sampai kamar tidur beneran ni. Haha. Yaudah, daripada langsung tidur, saya mau berbagi aja, sekalian ngasah otak (katanya kalau nulis, otak jadi lebih encer, hihi). 

Kali ini saya mau cerita salah satu cara hidup hemat di sini. Berbicara biaya hidup, selain sewa tempat tinggal, makan juga perlu diperhitungkan. Naah, oleh karena disini iklimnya berbeda dari negara kita, badan kita juga perlu menyesuaikan dengan kondisi setempat biar gak gampang sakit (meski biaya dokter biasanya ditanggung asuransi, tapi sistem janjian sama dokter itu disini berasa janjian sama artis deh, ribet dan lama). Agar badan kita tetap prima dan gak gampang capek (beneran, bakal kebanyakan jalan kaki dengan kontur jalan yang tiba-tiba nanjak dan turun), kita mesti makan makanan yang bergizi. Kalau bisa 4 sehat 5 sempurna tiap hari. Pertanyaannya, mahal gak tuh? 

Mahal kalo makan diluar (beli makanan jadi) Semurah-murahnya di Resto U (restoran universitas). Makan lengkap mulai dari salad, daging ato ikan, roti, dan dessert itu 3 euro lebih dikit. Makan di warung kebab (sumpah, kebab udah kaya warteg aja di kita) itu 6 euro (kebab, kentang, minum). Di restoran-restoran, makan lengkap minimal 8-10 euro lah. Kalau beli-beli semacam sandwich di boulanger (toko roti) itu juga sekitaran 2 euro ke atas, tapi kurang kenyang makan gitu doang :p. Sesekali boleh lah makan kaya gitu, tapi kalau tiap hari persediaan euro lama-lama tipis juga. Padahal masih banyak kebutuhan yang mesti dibeli. 

 Oleh sebab itu, masak menjadi alternatif yang sangat bijak dalam menghemat euro kita. Hihi. Kok bisa? Soalnya harga bahan makanan disini gak mahal. Bahkan hampir sama kaya di Indonesia (ini yang saya temui di Angers yah, mungkin hampir sama juga kaya kota-kota kecil dan sedang lainnya di Prancis). Di Carrefour atau beberapa supermarket lainnya, kita bisa menemukan banyak bahan makanan kaya susu, pasta, daging-dagingan (ada yang halal juga looh), sayur dan buah, dan lain-lain. 

Nah, enaknya disini, harga bahan makanan yang bergizi dan berkualitas yang biasanya di kita agak mahal, disini biasa aja. Hihi, ya iyalah, ini di negara penghasilnya langsung. Jadi mari kita manfaatkan. Seliter susu harganya cuma sekitar 0,80 euro alias gak sampai 1 euro ! Kalau 1 euro = 12.00 rupiah, itu berarti gak nyampe 12.000 rupiah (bahkan agak lebih mahal di kita). Keju juga murah. Pasta disini udah berasa kaya mi instan aja di kita, murah dan cepat dimasak. Buah kaya apel, kiwi, strawberry, anggur harganya terjangkau. Trik belanja hemat di supermarket, pilihlah barang-barang dengan merk supermarket itu. Misalnya kalau belanja di Carrefour, pilih barang yang merknya "Carrefour", kalau bisa yang "Carrefour discount"...:p. Itu adalah merk yang paling murah. Soal rasa, sama aja sih kayanya, beda dikit paling, yang penting murah dan kualitasnya juga gak sembarangan. Kalau mau yang lebih murah lagi dan lebih segar, kita bisa ke pasar yang ada setiap hari Sabtu dan Minggu. Itu pasar tradisionalnya sini, tapi tempatnya bersih dan teratur. Disiu harga sayur mayur dan buah murah banget, bahkan kadang penjualnya pukul rata misalnya sekilo 1 euro. Ikan dan daging di pasar ini seger banget dan muraaaah. Jadi, mumpung disini, saya manfaatkan makan salmon, tuna, brokoli, buah, susu, keju....etc (padahal waktu ngekos di Depok, jarang banget makan buah).

 Sekali belanja makanan buat seminggu sekitaran 20-30 euro lah, tergantung menu apa yang diinginkan untuk seminggu ke depan plus cemilan-cemilan. Hehe. Seminggu bisa makan 3 kali dan bergizi. Oleh karena masak sendiri, kebersihan makanan juga jadi lebih terjaga. Oh iya, buat yang gak terbiasa dan gak bisa masak, jangan khawatir, kekreatifan akan muncul seiring laparnya perut. Haha. Beneran, saya juga jarang masak (secara yah, daerah anak kos an kan kalau di kita surga makanan murah dan enak). Awalnya cuma masak bermodal bumbu instan yang dibawa dari Indonesia, lama-lama bumbu habis, jadilah besok-besok ngracik bumbu sendiri. Resep makanannya juga ngarang sendiri. Haha. Apalagi kalau kulkas udah hampir kosong, udahlah itu campur aduk aja semua bahan sisa. Pernah suatu ketika, gara-gara udah gak ada sosis, daging, atau ayam, saya bikin pasta tapi dikasih telor orak-arik. Ini sumpah yah, berasa mi goreng dan sukses bikin temen bule saya terheran-heran. Intinya, tiap hari harus makan buah atau sayur, dan ada protein dari ayam, ikan, atau daging. 

 Naaah jadi udah bisa ngirit kan, euro nya bisa kita tabung buat beli baju dan segala macam tetek bengek kalo pergantian musim, atau buat jalan-jalan...... :D. Oh iya satu lagi keuntungan masak, khsusunya bagi yang dapurnya barengan sama penghuni lain, kita jadi bisa kenalan cuma gara-gara nanya "Wah itu apa? Kelihatannya enak! ".

2 komentar:

  1. wahahaha, nice story Lilih!!...

    Terus cerita ya... :DDD

    Pokoknya aku pada blogmu.. <3

    BalasHapus
  2. insya Allah kalo ada waktu aku bakal terus cerita...hihi,,siapa tau ada yg berniat nyusul

    BalasHapus